29 Agustus 2008

Membangun Motivasi Belajar Siswa

SALAH satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit apapun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan "enjoy" dan "pede".
Tulisan ini mencoba mengangkat apa itu motivasi, belajar, dan pentingnya motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

A. Pengertian Motivasi
Banyak pakar yang merumuskan definisi motivasi sesuai dengan kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan pengertian 'motivasi'.
Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70) menyebutkan 'motivasi' sebagai "kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki". Menurut Dadi Permadi (2000: 72) 'motivasi' adalah "dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif". Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apapun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Lantas, Nasution (2002: 58), membedakan antara 'motif' dan 'motivasi'. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.

Berdasarkan deskripsi di atas, 'motivasi' dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi)


B. Pengertian Belajar
Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage (1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses dimana organisma berubah perilakunya. Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience." (Belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction" (belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan). Adapun Geoch, menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result of practice." (Belajar adalah suatu perubahan di dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik).

Kemudian, menurut Ratna Willis Dahar (1988: 25-26), "belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman". Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar:
Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi.
Kedua, belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar stereotipe-stereotipe.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant.
Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.
Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar menyelami pengertian.

Akhirnya, Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain.

Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.

Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misal, bila siswa bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya, "Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?" Guru yang baik akan mengajukan balik pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, "Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan percobaan?”

Jadi, berdasarkan deskripsi di atas, 'belajar' dapat dirumuskan sebagai proses siswa membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.


C. Pentingnya Motivasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran, 'perhatian' berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan 'perhatian', seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya.

Gage dan Berliner (1984) mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.

Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.

Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar.

Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya.

25 Agustus 2008

Seabad Mohammad Natsir, Mengenang Sosok Da'i Negarawan yang Tangguh

Mengenang Alm. Mohammad Natsir tepat tanggal 17 Juli 2008 mencapai usia satu abad. Ia tidak hanya dikenal sebagai politisi, Perdana Menteri, Menteri Penerangan, Politisi ulung, sekaligus ulama di dunia Islam. Beliau sangat konsisten dalam memperjuangkan keutuhan bangsa, mengenalkan posisi Indonesia di mata internasional sampai sikap politik yang berprinsip kepada penegakan kebenaran dan keadilan. Sehingga langkah-langkahnya berseberangan dengan Presiden Soekarno sampai mendekam di penjara beberapa tahun karena beliau ingin menyelamatkan bangsa dari pengaruh komunisme dan demokrasi terpimpin yang tidak sehat.

Mohammad Natsir lahir di kampung Jembatan Berukir, Alahan Panjang, Sumatra Barat, 17 Juli 1908. Ayahnya Idris Sutan Saripado adalahpegawai juru tulis kontrolir dikampungnya. Beliau lahir dari seorang wanita salihah, Khadijah. Natsir dibesarkan dalam suasana keserdehanaan dan dilingkungan yang taat beribadah. Semangat mengaji terus tumbuh mulai kecil, walau Natsir sendiri mengenyam pendidikan barat, ghirah dalam menuntut ilmu agama tiada pernah lekang dan terus ingin mendalami Islam. Pendidikannya dimulai di HIS (Holland Inlandische School) Adabiyah, Padang kemudian pindah di HIS Solok, disanalah ia menghabiskan waktu menuntut ilmu. Pagi hari di HIS, sore di Madrasah Diniyah dan malam hari mengaji ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab.
Tamat dari HIS, Natsir melanjutkan pendidikannya di MULO (SMP) (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Padang, dan di MULO-lah awal ia aktif berorganisasi di Jong Islamieten Bond (JIB) atau Perkumpulan Pemuda Islam cabang Sumatra Barat bersama Sanoesi Pane. Organisasi ini awalnya bergerak menentang para misionaris kristen sehingga JIB banyak melakukan konterpropaganda supaya aktivitas mereka tidak meresakan umat Islam di wilayah Sumatra Utara.

Natsir selalu haus ilmu, sehingga tamat dari MULO keinginan melanjutkan studi berlanjut. Ia mendapat beasiswa studi di AMS (Algemere Middlebare School) A-II setingkat SMA di Bandung karena kecerdasan intelektualnya. Di Bandung ia berkenalan dengan tokoh-tokoh ternama seperti H. Agus Salim dari Syarekat Islam dan Ahmad Soorkaty yang mendirikan organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyah. Dua tokoh itulah yang berpengaruh besar dalam karir dakwah Natsir, disamping ada inspirator lain seperti Haji Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, Imam Asy Syahid Hasan Al-Banna, dan Imam Hasan Al-Hudhaibi.

Natsir merupakan organisator dan negarawan ulung. Karir politiknya mencuat setelah bergabung dengan organisasi Persatuan Islam (Persis) setelah banyak bergaul dan belajar dengan A. Hasan selaku aktivis Persis. Banyak pihak kagum atas kiprah, semangat juang, da'i yang tidak pernah lelah untuk menyerukan kalimatullah di muka bumi, baik di Indonesia maupun di dunia Islam. Natsir dan rekan seperjuangannya terus membela Islam, memperjuangkan dasar negara berdasarkan sistem Islam, karena negara tidak bisa dipisahkan dengan agama, beliau sangat anti sekularisme. Penentangan dari pihak-pihak yang menghina Islam, para kaum misionaris dan Yahudi serta lawan-lawan poltiknya selalu diatasi dengan tegas, bijak dan berwibawa.
Mohammad Natsir sangat dihormati oleh dunia Islam, ia adalah ulama, da'i militan yang tidak pernah menyerah dengan lawan, selalu membela kebenaran. Seperti yang pernah ia lakukan terhadap masalah Palestina, berkiprah di kancah internasional, dan ia selalu sederhana dalam bernampilan.

Mengenang seabad Mohammad Natsir, tidak akan lepas dari kiprah beliau yang banyak bergelut di berbagai organisasi dengan jabatan strategis. Berikut ini beberapa jabatan yang pernah diamanahkan kepada sosok da'i dan sekaligus negarawan ulung, Mohammad Natsir:
1. Ketua Jong Islamieten Bond, Bandung.
2. Mendirikan dan mengetuai Yayasan Pendidikan Islam di Bandung.
3. Direktur Pendidikan Islam, Bandung.
4. Menerbitkan majalah Pembela Islam, dalam melawan propaganda misionaris Kristen, antek-antek penjajah dan kaki tangan asing.
5. Anggota Dewan Kabupaten Bandung.
6. Kepala Biro Pendidikan Kota Madya (Bandung Shiyakusho).
7. Memimpin Majelis Al Islam A'la Indunisiya (MIAI).
8. Menjadi pimpinan Direktorat Pendidikan, di Jakarta.
9. Sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) Jakarta.
10. Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
11. Anggota MPRS.
12. Pendiri dan pemimpin partai MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Dalam pemilu 1955, yang dianggap pemilu paling demokratis sepanjang sejarah bangsa, Masyumi meraih suara 21% (Masyumi memperoleh 58 kursi, sama besarnya dengan PNI. Sementara NU memperoleh 47 kursi dan PKI 39 kursi). Capaian suara Masyumi itu belum disamai, apalagi terlampaui, oleh partai Islam setelahnya, hingga saat ini.
13. Menentang pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda dan mengajukan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dikenal dengan Mosi Integrasi Natsir. Akhirnya RIS dibubarkan dan seluruh wilayah Nusantara kecuali Irian Barat kembali ke dalam NKRI dengan Muhammad Natsir menjadi Perdana Menteri-nya. Penyelamat NKRI, demikian presiden Soekarno menjuluki Natsir.
14. Menteri Penerangan Republik Indonesia.
15. Perdana Menteri pertama Republik Indonesia.
16. Anggota Parlemen. Penentang utama sekulerisasi negara, pidatonya "Pilih Salah Satu dari Dua Jalan; Islam atau Atheis" di hadapan parlemen, memberi pengaruh yang besar bagi anggota parlemen dan masyarakat muslim Indonesia.
17. Anggota Konstituante.
18. Menyatukan kembali Aceh yang saat itu ingin berpisah dari NKRI.
19. Mendirikan dan memimpin Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), yang cabang-cabangnya tersebar ke seluruh Indonesia.
20. Wakil Ketua Muktamar Islam Internasional, di Pakistan.
21. Aktif menemui tokoh, pemimpin dan dai di negara-negara Arab dan Islam untuk membangkitkan semangat membela Palestina.
22. Anggota Dewan Pendiri Rabithah Alam Islami (World Moslem League), juga pernah menjadi sekjennya. Natsir adalah pemimpin dunia Islam yang amat dihormati—Sekretaris Jenderal Rabitah Alam Islami meminta hadirin berdiri saat pak Natsir memasuki ruang sidang organisasi dunia Islam itu.
23. Anggota Majelis Ala Al-Alamy lil Masajid (Dewan Masjid Sedunia).
24. Presiden The Oxford Centre for Islamic Studies London.
25. Pendiri UII (Universitas Islam Indonesia) bersama Moh. Hatta, Kahar Mudzakkir, Wahid Hasyim, dll. Juga enam perguruan tinggi Islam besar lainnya di Indonesia.
26. Ketika presiden Soeharto kesulitan menuntaskan konforontasi Indonesia-Malaysia (yang dimulai presiden Soekarno), berkat bantuan dan jasa hubungan baik Natsir dengan Perdana Menteri (PM) Tengku Abdul Rahman, Malaysia membuka diri menyelesaikan konfrontasi, dan Letjen TNI Ali Moertopo, Asisten Pribadi (Aspri) Presiden Soeharto, diterima/berunding pejabat Malaysia.
27. Berkat jasa hubungan baik Natsir dengan PM Fukuda juga, pemerintah Jepang bersedia membantu Indonesia setelah perekonomian negara ambruk di masa Orde Lama dan setelah pemberontakan G 30 S/PKI.
28. Karena jasa baik dan pengaruh ketokohan DR. Muuhammad Natsir pula, Presiden Soeharto diterima di negara-negara Timur Tengah dan Dunia Islam. Natsir adalah anak bangsa Indonesia yang pernah menjadi tokoh Dunia Islam yang begitu dihormati sepanjang sejarah Indonesia—bahkan sampai sekarang. (www.penamuslim.com)

Disamping mahir berorganisasi sehingga menjadi negarawan ulung, beliau adalah seorang pendidik sehingga menjabat dalam berbagai posisi strategis. Mohammad Natsir sangat cinta kepada Islam. Ia adalah seorang da'i yang mendidik umat, memperhatikan kemaslahatan dan terus mengabdikan dirinya dijalan dakwah. Disamping itu, ia seorang cendekiawan yang intelektualnya ditasbihkan dalam tulisan. Mulai berdakwah lewat Majalah Pembela Islam, Majalah Pandji Islam dan banyak berkarya dalam dunia perbukuan untuk selalu mewariskan tsaqafah-nya. Hampir semua buku yang ia tulis berbahasa Arab yang bernuansa Islami. Hal ini menunjukkan betapa besar perhatian pada dinul Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna.

Karya-karya Mohammad Natsir antara lain: Fiqhud Da'wah (Fikih Dakwah), Ikhtaru Ahadas Sabilain (Pilih Salah Satu dari Dua Jalan), Shaum (Puasa), Capita Selecta I, II, dan III, Dari Masa ke Masa, Agama dalam Perspektif Islam dan masih banyak lagi. (Dikutip dari buku "Mereka Yang Telah Pergi" karya Abdullah Al-'Aqil dan Majalah Al-Mujtama' Edisi 3).

Perjalanan hidup Mantan Perdana Mentri RI terus berlawanan dengan pihak yang tidak senang dengan pandangan politik dan kebijaksanaannya. Walaupun ia sangat mati-matian memperjuangkan nasib dan kepentingan umat, bangsa dan negara. Sebagai contoh ia terkenal dengan Mosi Integral yang menyatukan keutuhan NKRI, kiprah di dunia pendidikan juga dengan getol ia lakukan dengan mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Islam. Dunia mengakuinya, namun di negerinya sendiri mulai dari rejim Soekarno dan Soeharto telah memandang sebelah mata. Ia beberapa kali masuk penjara, berjuang diputan-hutan dan sampai dilarang pergi keluar negeri oleh pemerintahan Soeharto karena ketokohannya yang sangat disegani dan dihormati di kancah perpolitikan Islam.

Kini Mohammad Natsir telah wafat. Namun semangat juang untuk meneggakan kalimatullah, bertauhid, selalu membahana dihati orang-orang yang mencintainya sebagai penerus perjuangan dakwah ini. Mohammad Natsir, dikenal dengan keserdehanaan hidup, kecerdasan intelektul, piawai dalam berpidato yang sangat menyentuh, organisator handal, kerja keras pantang menyerah dalam berdakwah, tauhidnya yang lurus menjadikan dirinya menjadi tokoh Nasional yang diakui dunia dan terus mengabdi demi kepentingan umat.

Motivasi

Rahasia motivasi merupakan dambaan bagi pemimpin yang berusaha melipatgandakan pengaruhnya dalam pengambilan keputusan dan bisnis. Istilah motivasi menjadi sangat penting untuk dipahami agar segala sesuatu yang telah direncanakan dapat menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi orang lain. Setiap tindakan seseorang akan dipengaruhi oleh harapan yang ada dalam dirinya. Hanya sedikit para pemimpin dan manajer profesional yang meragukan pentingnya motivasi dalam mengarahkan dan mencapai keberhasilan. Motivasi menjadi bahan kajian yang menarik dalam berbagai pelatihan dan lokakarya pengembangan yang diselenggarakan ditingkat lokal, nasional dan internasional. Banyak konsultan yang mengkhususkan dirinya dalam mengembangkan model pengembangan kepribadian, manajemen dan SDM dilandasi oleh kerangka teori motivasi.

Dalam pemberdayaan masyarakat, kemampuan mempengaruhi dan membangun motivasi kerja menjadi perekat yang cukup efektif untuk mengenal perilaku, kebiasaan, pola tindak dan interaksi kelompok. Penyadaran individu atau kelompok untuk melakukan tindakan dan upaya pengembangan diri sangat dipengaruhi oleh dorongan yang muncul secara internal maupun pengaruh yang datang dari luar. Kedua hal ini akan menentukan bentuk perlakukan terhadap kelompok agar secara mandiri melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan dan harapannya. Motivasi diibaratkan seperti energi pendorong yang membantu masyarakat untuk melakukan tindakan untuk mencapai tujuan secara optimal dan penuh kesadaran.

Hasil riset secara konsisten memperlihatkan bahwa motivasi sangat berpengaruh pada kinerja dan prestasi individu dan organisasi. Teori motivasi dan berbagai kasus dalam praktek kepemimpinan dan bisnis memperlihatkan hubungan yang sangat nyata terhadap kebutuhan, dinamika kerja dan tingkat kepuasan.

Demikian halnya dalam kegiatan fasilitasi, pemahaman tentang konsep motivasi yang sangat membantu dalam menentukan bentuk kegiatan, komunikasi dan strategi yang akan digunakan agar masyarakat terdorong untuk belajar sesuai dengan harapannya.


Apa Motivasi itu ?
Abraham Sperling (1987) mengemukakan bahwa motivasi didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas yang dimulai dari dalam diri (drive) yang diakhiri dengan proses penyesuaian diri untuk memuaskan motif. Filmore Stanford (1969) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah tujuan tertentu. William J. Stanton (1981) menjelaskan motivasi merupakan kebutuhan yang distimulasi berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai kepuasan. A.A Prabu Mangkunegara (2000) menyimpulkan bahwa motif merupakan dorongan kebutuhan dalam diri seseorang agar dapat menyesuikan diri dengan lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuan itu. Pandangan ini sejalan dengan Baron et.al., (1980) dan McCommick (1985) yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan.


Maslow; Hirarki Kebutuhan
Dalam tahun 1950-an seorang psikolog terkemuka Amerika, Abraham Maslow melakukan penelitian terhadap patologi untuk memahami sifat-sifat dasar manusia. Maslow menyimpulkan hasil penelitiannya dalam bentuk hirarki kebutuhan manusia. Teori ini sangat terkenal dan berpengaruh dalam lingkungan bisnis dan merambah dalam aspek sosial lainnya. Model ini menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar adalah makanan dan air yang pemenuhannya terus berkembang hingga sampai pada taraf tertinggi yaitu aktualisasi diri.

Tingkatan tertinggi dari hirarki kebutuhan Maslow yaitu aktualisasi diri yang muncul ketika kedua kebutuhan akan penghargaan itu terpenuhi dan individu tidak lagi didorong oleh kebutuhan untuk membuktikan diri sendiri, baik kepada dirinya maupun kepada orang lain. Kebutuhan yang berhubungan dengan orang yang mengaktualisasikan diri adalah kebutuhan akan makna dan tujuan hidup dirinya. Mereka berharap agar pekerjaan, aktivitas, dan keberadaan dirinya memiliki nilai dan memberikan kontribusi kepada orang lain. Hubungannya dengan motivasi, orang akan berusaha untuk terlibat dalam berbagai aktivitas untuk membantu memenuhi kebutuhannya. Mungkin mereka hanya menyadari sebagian dari proses ini berkembang secara alamiah, akan tetapi dalam sistem motivasi disesuaikan dengan tingkat (level) kebutuhan yang akan dimotivasi. Pekerjaan lain seperti, mempersatukan orang dalam komunitas kerja, promosi, dan upah berjenjang memiliki kesamaan dalam memberikan dukungan terhadap kebutuhan dasar. Motivator normal yang digunakan dalam bekerja, diganjar dalam bentuk uang, sejalan untuk bertahan hidup, kebutuhan untuk memiliki, dan kebutuhan penghargaan.

Kebutuhan selanjutnya mulai diarahkan dalam masyarakat modern dalam bentuk kebutuhan akan harga diri. Metode bisnis dan manajemen tradisional sangat kurang untuk dapat memenuhi kebutuhan itu (Whithmore, 2000). Krisis ekonomi mutakhir berakibat terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja, ketidakamanan pekerjaan, upah yang rendah dan meningkatnya harga kebutuhan dasar, telah membawa masyarakat turun dari hirarki itu. Oleh karenanya, spektrum kebutuhan yang predominan menjadi lebih luas, yang lebih sulit banyak kegiatan usaha yang tidak mampu lagi menyediakan ganjaran yang sesuai dengan standar hidup tertentu, Jadi bagaimana suatu usaha akan memotivasi orang-orang untuk bekerja lebih baik?. Pembangunan sektor ekonomi dan publik harus terus memenuhi kebutuhan dasar, sementara membuat perubahan fundamental yang terjadi sebagai konsekuensi dari upaya meningkatkan kinerja akan menimbulkan harapan dan kebutuhan lain yang lebih tinggi dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Pekerjaan memenuhi kebutuhan dasar orang dengan memberikan penghasilan atau bantuan kepada orang lain, sehingga mereka mampu menyediakan makanan, minuman, pakaian dan rumah untuk tempat tinggal. Secara rinci hirarki kebutuhan diuraikan sebagai berikut;
• Kebutuhan fisiologi berupa makan, minum perlindungan fisik, bernafas, dan seksual. Kebutuhan ini, tingkat terendah atau disebut kebutuhan dasar.
• Kebutuhan rasa aman berupa perlindungan dari ancaman, bahaya, konflik dan lingkungan hidup.
• Kebutusan rasa memiliki yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
• Kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
• Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, berupa pengakuan terhadap kapasitas pengetahuan, keterampilan dan potensi yang dimilikinya. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan, penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

Menurut Maslow orang dewasa secara normal memuaskan kira-kira 85% kebutuhan fisiologis, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40% kebutuhan harga diri serta 10% dari kebutuhan aktualisasi diri. Studi motivasi yang cukup terkenal dilakukan oleh David McClelland (1961) menjelaskan tiga bentuk kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for Achievment, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sebagai refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk memecahkan masalah. Seseorang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi cenderung untuk bertindak dan mengambil keputusan dengan penuh resiko. Kebutuhan berprestasi merupakan dorongan untuk melakukan tindakan atau pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya dan selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi.
• Need for Affiliation, yaitu dorongan untuk berafiliasi atau berinteraksi dengan orang lain. Tidak mau melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain.
• Need for Power yaitu dorongan untuk berkuasa sebagai refleksi dari keinginan untuk mencapai otoritas dan memiliki pengaruh terhadap orang lain.

Studi lain yang berkaitan dengan motivasi dikembangkan oleh Alderfer (McCormick, 1985) yaitu teori ERG (Existance, Relatedness, Growth). Teori ini menjelaskan tiga kebutuhan dasar, yaitu;
• Existance needs. Kebutuhan yang berkaitan dengan fisik manusia, yaitu, makan, minum, pakaian, bernafas, rumah, keamanan dan kondisi kerja.
• Relatedness needs. Kebutuhan interpersonal dalam bentuk kepuasan dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja.
• Growth needs. Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan dan kecapakan seseorang dalam bekerja.

Beberapa alasan yang dikemukakan tentang dua teori ini, bahwa konsep ERG kurang menekankan pada susunan hirarki. Seseorang dapat memuaskan lebih dari satu kebutuhan dalam waktu yang bersamaan. Kepuasan terhadap suatu kebutuhan dapat menggambarkan peningkatan terhadap kebutuhan yang lebih tinggi. Perubahan orientasi merupakan kegagalan dari kebutuhan yang lebih tinggi dapat menunjukkan regresi dengan penambahan pada tingkat kebutuhan yang lebih rendah.


Prinsip-Prinsip Motivasi
Memotivasi masyarakat untuk mengidentifikasi kebutuhan dan berupaya memecahkan masalah akan berkaitan dengan kemampuan, perhatian, dan kesiapan untuk melakukan tindakan yang diperlukan. Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memotivasi masyarakat.
1. Prinsip partisipasi, yaitu upaya sistematis untuk mempengaruhi stakeholder untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan menentukan tujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Partisipasi menjadi salah satu prinsip penting dalam upaya mendorong pertumbuhan suatu komunitas dan penguatan jaringan kerja. Prinsip ini akan mendekatkan dua atu lebih pihak yang terlibat untuk menyepakati tugas, pembagian peran, distribusi sumber dan rencana aksi yang akan dilaksanakan secara bersama. Motivasi akan terwujud dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, kepemimpinan, penyelesaian konflik, analisis tugas dan pembentukan tim.
2. Prinsip komunikasi, yaitu upaya mempengaruhi melalui simbol, bahasa dan media yang sesuai untuk menjelaskan gagasan penting yang berhubungan dengan tugas dan informasi yang dibutuhkan.
3. Prinsip pengakuan, yaitu fasilitator atau orang yang ditunjuk menjadi mediator mengakui peran, usaha dan kontribusi masyarakat dalam mengelola kegiatan pemberdayaan. Pengakuan yang diberikan akan mendorong masyarakat untuk bekerja dan bertindak secara sukarela dan penuh tanggung jawab.
4. Prinsip pendelegasian wewenang. Prinsip ini berkaitan dengan pembagian peran antara pimpinan, tokoh atau pemuka masyarakat, petani, pedagang, organisasi perempuan, dan pemerintah lokal. Bentuk pembagian peran diberikan dalam bentuk batas otoritas kepada masing-masing stakeholder sesuai dengan fungsi dan kemampuannya. Fasilitator sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap suatu pekerjaan yang sulit dilakukan oleh kelompok. Atau sebaliknya, memberikan kesempatan yang cukup bagi kelompok dampingan untuk mengambil keputusan terhadap kesepakatan yang dibuatnya sendiri, hal ini akan membuat yang bersangkutan termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama.
5. Prinsip memberi perhatian. Prinsip ini biasanya dilakukan oleh fasilitator untuk memotivasi kepada kelompok dampingan agar meningkatkan prestasi dan pencapaian terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Perhatian yang diberikan dapat dilakukan fasilitator dengan cara memberikan reward terhadap orang atau kelompok yang mencapai tingkat tertinggi dari persyaratan tertentu.


Teknik Motivasi
Beberapa teknik yang dapat digunakan oleh fasilitator atau pendamping lapangan
dalam memotivasi kelompok sebagai berikut;

Teknik Pemenuhan Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan masyarakat dampingan merupakan aspek pokok yang mendasari perilaku dan kinerja. Anda tidak mungkin memotivasi kelompok tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkannya. Upaya memenuhi kebutuhan bukan menjadi tanggungjawab penuh dari Anda sebagai fasilitator atau pendamping tetapi mempertemukan apa yang menjadi prioritas dikaitkan dengan potensi dan sumber daya yang tersedia. Anda harus jeli dalam mengidentifikasi kebutuhan yang diungkapkan oleh masyarakat, kebutuhan itu secara umum digambarkan oleh Maslow. Paling tidak kebutuhan dasar masyarakat diupayakan dipenuhi, Jika tidak Anda akan mengalami hambatan dan konflik internal antarpelaku atau kelompok.
Berikut ini beberapa panduan yang dapat digunakan dalam menggunakan teknik pemenuhan kebutuhan.
• Identifikasi secara mendalam tentang permasalahan dan kebutuhan yang menjadi prioritas masyarakat untuk dipenuhi. Pada saat melakukan identifikasi gunakan indikator atau alat telusur yang memudahkan masyarakat untuk mendefinisikannya.
• Identifikasi pula peluang kedepan dan sumber daya yang dimiliki oleh kelompok untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
• Tetapkan beberapa aspek utama yang perlu mendapat perhatian bersama dengan memilih alternatif dan tujuan yang realistis dapat dicapai. Keterbatasan kapasitas dan sumber daya kelompok menjadi aspek yang perlu dipertimbangkan.
• Pastikan seluruh peserta memahami dan menyadari tanggung jawab untuk mencapai tujuan dan harapan yang telah ditetapkan. Pemenuhan kebutuhan diletakkan berdasarkan tujuan dan jangka waktu pemenuhan.
• Susun langkah-langkah taktis dan strategis tentang rencana dan kebutuhan apa saja yang dapat dicapai dan yang akan diupayakan pada masa yang akan datang.

Teknik Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif merupakan cara yang banyak dilakukan oleh pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya atau mendongkrak kinerja tim. Cara ini cukup efektif untuk mempengaruhi persepsi dan tindakan orang untuk mencapai harapan dan tujuan bersama. Namun cara ini membutuhkan gaya dan kepribadian yang unik untuk mengkomunikasikan dan mempengaruhi perasaan seseorang. Kemampuan analisis dan berbicara secara sistematis saja tidak cukup untuk memotivasi orang lain, tetapi perlu melibatkan kematangan emosional (EQ) dalam mengungkapkannya. Komunikasi persuasif biasanya dikembangkan untuk membangun kebersamaan, minat, rasa saling memiliki dan tanggung jawab kolektif. Kecenderungan kepuasan dan dorongan yang muncul sangat dipengaruhi oleh kepribadian seorang komunikator.


Fasilitasi dan Motif Berprestasi
Mempengaruhi dan mendorong masyarakat merupakan pekerjaan yang mensyaratkan tingkat keterampilan, kredibilitas dan penerimaan yang memadai. McClelland (1961) dalam teori motivasinya mengemukakan bahwa produktifitas seseorang sangat ditentukan oleh virus mental yang ada dalam dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mencapai prestasi secara maksimal. Salah satu virus mental itu ialah kebutuhan berprestasi (Need for Achievement). Virus ini sangat penting dibina dan dikelola oleh para pemimpin, manajer, pelatih dan fasilitator dengan cara mengembangkan potensi melalui lingkungan kerja oragnisasi yang efektif mewujudkan produktivitas dan kualitas yang tinggi.
Motif berprestasi merupakan suatu dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tindakan atau tugas sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. McClelland (1961) mengemukakan karekeristik yaitu;
• Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.
• Berani mengambil dan memikul resiko.
• Memiliki tujuan yang realistik.
• Memiliki rencana kerja yang jelas dan menyeluruh serta berupaya untuk merealisasikan tujuan.
• Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan.
• Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Merujuk pada pandangan McClelland karakteristik seorang fasilitator yang memiliki motivasi berprestasi antara lain;
• Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
• Mencintai tugas dan selalu meningkatkan wawasan, keterampilan dan sikap.
• Memiliki program kerja berdasarkan tujuan dan rencana yang realistik serta berupaya keras untuk mencapainya.
• Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil resiko.
• Melakukan pekerjaan yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat binaan dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan.
• Memiliki keinginan menjadi orang yang menguasai dibidang tertentu.
• Memiliki kemampuan mengkomunikasikan dengan masyarakat agar mau terlibat dan mencapai tujuan secara bersama.

Berdasarkan hasil penelitian McClelland (1961), Murray (1957), Miller dan Gordon (1970) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, seorang pemimpin, manajer, trainer atau fasilitator mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung memiliki kinerja yang tinggi, dan sebaliknya bagi yang berprestasi kerja rendah dimungkinkan kinerja yang dihasikannya rendah. Terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi motivasi dan pencapaian prestasi, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan kepribadian. Orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, jika memiliki kecerdasan yang memadai dan ditunjang oleh kepribadian yang matang akan mampu mencapai prestasi yang maksimal. Hal ini dapat dijelaskan bahwa IQ merupakan potensi yang dimiliki seseorang dan kepribadian merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan fungsi psikofisik yang sangat menentukan dirinya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI BELAJAR JARAK JAUH

PENDAHULUAN
Tuntutan akan lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang membuka peluang lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi asing) membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan dipasar kerja akan semakin berat.

Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi lembaga pendidikan untuk mengupayakan segala cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya, yang antara lain dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan. Dalam tulisan ini dibahas tentang paradigma baru dalam pendidikan, bagaimana menghasilkan mutu bisa berlangsung dalam pendidikan, dan bagaimana peran teknologi serta sistem manajemen untuk mendukung berlangsungnya pencapaian mutu pendidikan tersebut.


PARADIGMA BARU
Untuk mencapai terselenggaranya pendidikan bermutu, dikenal dengan perlunya paradigma baru pendidikan yang difokuskan pada otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Keempat pilar manajemen ini diharapkan pada akhirnya mampu menghasilkan pendidikan bermutu (Wirakartakusumah, 1998).


Mutu
Mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama baiknya. Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen/pelanggan. Karakteristik mutu dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendidikan, mutu adalah suatu keberhasilan proses belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan. Pelanggan bisa berupa mereka yang langsung menjadi penerima produk dan jasa tersebut atau mereka yang nantinya akan merasakan manfaat produk dan jasa tersebut.


Otonomi
Pengertian otonomi dalam pendidikan belum sepenuhnya mendapatkan kesepakatan pengertian dan implementasinya. Tetapi paling tidak, dapat dimengerti sebagai bentuk pendelegasian kewenangan seperti dalam penerimaan dan pengelolaan peserta didik dan staf pengajar/staf non akademik, pengembangan kurikulum dan materi ajar, serta penentuan standar akademik. Dalam penerapannya di sekolah, misalnya, paling tidak bahwa guru/pengajar semestinya diberikan hak-hak profesi yang mempunyai otoritas di kelas, dan tak sekedar sebagai bagian kepanjangan tangan birokrasi di atasnya.


Akuntabilitas
Akuntabilitas diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan output dan outcome yang memuaskan pelanggan. Akuntabilitas menuntut kesepadanan antara tujuan lembaga pendidikan tersebut dengan kenyataan dalam hal norma, etika dan nilai (values) termasuk semua program dan kegiatan yang dilaksanakannya. Hal ini memerlukan transparansi (keterbukaan) dari semua pihak yang terlibat dan akuntabilitas untuk penggunaan semua sumberdayanya.


Akreditasi
Suatu pengendalian dari luar melalui proses evaluasi tentang pengembangan mutu lembaga pendidikan tersebut. Hasil akreditasi tersebut perlu diketahui oleh masyarakat yang menunjukkan posisi lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam menghasilkan produk atau jasa yang bermutu. Pelaksanaan akreditasi dilakukan oleh suatu badan yang berwenang.


Evaluasi
Evaluasi adalah suatu upaya sistematis untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang menghasilkan kesimpulan tentang nilai, manfaat, serta kinerja dari lembaga pendidikan atau unit kerja yang dievaluasi, kemudian menggunakan hasil evaluasi tersebut dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan. Evaluasi bisa dilakukan secara internal atau eksternal.


BAGAIMANA MENGHASILKAN MUTU PENDIDIKAN
Untuk bisa menghasilkan mutu, menurut Slamet (1999) terdapat empat usaha mendasar yang harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu :
1. Menciptakan situasi “menang-menang” (win-win solution) dan bukan situasi “kalah menang” diantara fihak yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholders). Dalam hal ini terutama antara pimpinan lembaga dengan staf lembaga harus terjadi kondisi yang saling menguntungkan satu sama lain dalam meraih mutu produk/jasa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
2. Perlunya ditumbuhkembangkan adanya motivasi instrinsik pada setiap orang yang terlibat dalam proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan harus tumbuh motivasi bahwa hasil kegiatannya mencapai mutu tertentu yang meningkat terus menerus, terutama sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna/langganan.
3. Setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang. Penerapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan jangka pendek, tetapi usaha jangka panjang yang konsisten dan terus menerus.
4. Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang ditetapkan, harus dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu. Janganlah diantara mereka terjadi persaingan yang mengganggu proses mencapai hasil mutu tersebut. Mereka adalah satu kesatuan yang harus bekerjasama dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain untuk menghasilkan mutu sesuai yang diharapkan.

Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelangggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut (Karsidi, 2000).

Para pelanggan layanan pendidikan terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat kelompok (Sallis, 1993). Mereka itu adalah pertama yang belajar, bisa merupakan mahasiswa/pelajar/murid/peserta belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Kedua, para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang ketiga bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external customers). Selain itu, yang keempat, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang berasal dari intern lembaga; mereka itu adalah para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal customers). Walaupun para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas dari suatu lembaga pendidikan mereka akan diuntungkan, baik kebanggaan maupun finansial.

Seperti disebut diatas bahwa program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan.

Potensi perkembangan, dan keaktifan murid tentu saja merupakan yang paling utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Perkembangan fisik yang baik, baik jasmani maupun otak, menentukan kemajuannya. Demikian pula dengan lainnya, misalnya bakat, perkembangan mental, emosional, pibadi, sosial, sikap mental, nilai-nilai, minat, pengertian, umur, dan kesehatan; kesemuanya akan mempengaruhi hasil belajar dan mutu seseorang. Untuk itu, maka perhatian terhadap paserta didik menjadi sangat penting.


PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN
Aplikasi teknologi pada pendidikan secara langsung akan mempengaruhi keputusan-keputusan tentang proses pendidikan yang spesifik. Umpama: aplikasi itu mempunyai dampak penting terhadap isi (content) yang akan diajarkan, tingkat standarisasi dan pemilihan isi, jumlah dan kualitas sumber-sumber yang tersedia.

Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi pendidikan dengan pembangunan nasional. Demikian luas dan jauhnya jangkauan yang hendak dicapai oleh program pembangunan pendidikan kita, padahal di lain pihak sumber-sumber yang tersedia bertambah terbatas dan langka.

Kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pemecahan masalah-masalah pendidikan kita membutuhkan alternatif-alternatif lain disamping cara-cara penyelesaian yang konvensional yang dikenal selama ini. Berbagai potensi yang dimiliki oleh teknologi dalam pendidikan lantas memungkinkannya diajukan sebagai suatu alternatif untuk memecahkan masalah-masalah tadi. Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu :
1. menyebarkan informasi secara meluas, seragam dan cepat.
2. membantu, melengkapi dan (dalam hal tertentu) menggantikan tugas guru.
3. dipakai untuk melakukan kegiatan instruksional baik secara langsung maupun sebagai produk sampingan.
4. menunjang kegiatan belajar masyarakat serta mengundang partisipasi masyarakat.
5. menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.
6. menambah daya tarik untuk belajar.
7. membantu mengubah sikap pemakai.
8. mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses.
9. mempunyai keuntungan rasio efektivitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem tradisional. (Miarso, 1981)

Jika semula teknologi pendidikan (dalam arti yang sangat terbatas) dipandang hanya berperan pada taraf pelaksanaan kurikulum di kelas, konsepsi baru menghendaki teknologi pendidikan sebagai masukan (input) bahkan sejak tahap perencanaan kurikulum. Dengan demikian sudah sejak perencanaan kurikulum harus pula dikaji dan ditentukan bentuk teknologi pendidikan yang akan diterapkan.

Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan yang telah ada Misalnya kemungkinan bagi suatu bentuk sekolah terbuka yang fasilitas dan tata belajarnya berbeda sekali dengan sekolah konvensional, tetapi dengan hasil (output) yang sama.
Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, antara lain harus dijaga kesesuaiannya (kompatibilitas) dengan sarana dan teknologi yang sudah ada, dapat menstimulasikan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, serta mampu memacu
usaha peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.

Dengan demikian, adanya penerapan suatu teknologi dalam pendidikan akan sangat mungkin terjadi perubahan besar-besaran dalam interaksi belajar mengajar antara sumber-sumber belajar dengan pelaku belajar. Salah satu kemungkinan perubahan tersebut adalah penerapan dan perubahan teknologi informasi dalam pendidikan melalui penyelenggaraan belajar jarak jauh.


PERANAN INFORMASI DAN REVOLUSI TEKNOLOGI INFORAMSI
Salah satu esensi dari proses pendidikan tidak lain adalah penyajian informasi. Dalam menyajikan informasi, haruslah komunikatif. Dalam komunikasi pada umumnya, demikian pula dalam pendidikan, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan , yakni yang bermakna, dalam arti : (1) secara ekonomis menguntungkan. (2) secara teknis memungkinkan dapat dilaksanakan, (3) secara sosial-psikologis dapat diterima sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada, dan (4) sesuai atau sejalan dengan kebijaksanaan/tuntutan perkembangan yang ada.

Konsep “bermakna” ini penting bagi keberhasilan penyebarluasan informasi yang dapat diserap dan dilaksanakan sasaran/peserta didik. Karena itu, Williams (1984) menyebutkan bahwa komunikasi adalah saling pertukaran simbol-simbol yang bermakna. Williams menekankan bahwa : (1) kita tidak dapat saling bertukar makna, (2) kita hanya secara fisik bertukar simbol, dan (3) komunikasi tidak akan terjadi, kecuali kita berbagi makna untuk simbol-simbol tertentu.

Dalam memberikan/menyampaikan informasi kepada orang lain (misalnya kepada peserta didik), maka informasi tersebut haruslah informasi yang bermakna bagi orang yang bersangkutan. Untuk dapat mengetahui dan memahami informasi yang benar-benar dibutuhkan, bahkan prioritas informasi yang dibutuhkan perlu kita pahami, komunikator perlu bertindak sebagai pengamat dan pendengar yang baik. Jadi bukan informasi yang kita ketahui yang disampaikan, tetapi yang kita sampaikan adalah informasi yang benar-benar bermakna dan dibutuhkan sasaran. Informasi yang dibutuhkan dan bermakna adalah informasi yang mampu membantu/mempercepat pengambilan keputusan untuk terjadinya perubahan, dan yang bermanfaat untuk mendorong terjadinya perubahan tersebut. Untuk itulah maka, pemilihan informasi harus benar-benar selektif dengan mempertimbangkan jenis teknologi mana yang tepat dipilih sebagai medianya.

Sejarah, kini dengan berkembangnya komputer dan sistim informasi modern, kembali menawarkan pencerahan baru. Revolusi teknologi informasi menjanjikan struktur interaksi kemanusiaan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih efisien. Revolusi informasi global adalah keberhasilannya menyatukan kemampuan komputasi, televisi, radio dan telefoni menjadi terintegrasi. Hal ini merupakan hasil dari suatu kombinasi revolusi di bidang komputer personal, transmisi data, lebar pita (bandwitdh), teknologi penyimpanan data (data storage) dan penyampaian data (data access), integrasi multimedia dan jaringan komputer. Konvergensi dari revolusi teknologi tersebut telah menyatukan berbagai media, yaitu suara (voice, audio), video, citra (image), grafik, dan teks (Sasono, 1999).

Akibat adanya revolusi teknologi informasi telah, sedang dan akan merubah kehidupan umat manusia dengan menjanjikan cara kerja dan cara hidup yang lebih efektif, lebih bermanfaat, dan lebih kreatif. Sebagaimana dua sisi, baik dan buruk, dari suatu teknologi, teknologi informasi juga memiliki hal yang demikian. Kemana seharusnya teknologi ini diarahkan dan ditempatkan dan dimanfaatkan dengan sebenar-benarnya haruslah diperhitungkan, karena apabila keliru, suatu bangsa akan mengalami akibatnya
secara fatal.

Dalam dunia pendidikan, revolusi informasi akan mempengaruhi jenis pilihan teknologi dalam pendidikan, bahkan, revolusi ini secara pasti akan merasuki semua aspek kehidupan, (termasuk pendidikan), segala sudut usaha, kesehatan, entertainment, pemerintahan, pola kerja, perdagangan, pola produksi, bahkan pola relasi antar masyarakat dan antar individu. Inilah yang merupakan tantangan bagi semua bangsa, masyarakat dan individu. Siapkah lembaga pendidikan kita menyambutnya?
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar.

Wen (2003) seorang usahawan teknologi mempunyai gagasan mereformasi sistem pendidikan masa depan. Menurutnya, apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya (keluarga dan masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa depan. Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang akan datang, menurutnya akan berubah secara drastis. Secara fisik, sekolah tidak perlu lagi menyediakan sumber-sumber daya yang secara tradisional berisi bangunanbangunan besar, tenaga yang banyak dan perangkat lainnya. Sekolah harus bekerja sama secara komplementer dengan sumber belajar lain terutama fasilitas internet yang telah menjadi “sekolah maya”.

Bagaimanapun kemajuan teknologi informasi di masa yang akan datang, keberadaan sekolah tetap akan diperlukan oleh masyarakat. Kita tidak dapat menghapus sekolah, karena dengan alasan telah ada teknologi informasi yang maju. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu.

Dunia pendidikan harus menyiapkan seluruh unsur dalam sistim pendidikan agar tidak tertinggal atau ditinggalkan oleh perkembangan tersebut. Melalui penerapan dan pemilihan yang tepat teknologi informasi (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang berkelanjutan dapat diharapkan termasuk belajar jarak jauh seperti Universitas Terbuka (UT). Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara konsisten/konstan akan mendorong untuk berorientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan seperti UT karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, juga akan menjadi peluang yang baik bila lembaga pendidikan seperti UT mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.


PENUTUP
Penerapan teknologi dalam pendidikan seperti belajar jarak jauh di era global informasi tidak lain adalah bentuk aplikasi jenis-jenis teknologi informasi mutakhir sekaligus usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pendidikan. Proses belajar mengajar yang menerapkan teknologi dalam pendidikan dapat berupa penggunaan modul, media belajar cetak, dan media elektronik seperti radio, TV, internet dan sistim jaringan komputer, serta bentuk-bentuk teledukasi lainnya. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan mutu pendidikan kita

21 Agustus 2008

Mohammad Natsir

Pahlawan NKRI yang Terlupakan


HARI­-haripun runtuhlah satu demi satu seperti butiran tasbih yang membangunkan minggu serta bulan dan bahkan abad. Begitulah panjang penantian nan tak berkesudahan. Meniti ke angka 17 di bulan Juli ini tak pula tampak pertanda. Entah kapan (lagi) penghargaan sebagai Pahlawan Nasional bakal disampirkan kepada Mohammad Natsir, Perdana Menteri yang pertama memahatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjadi pijakan Sumpah Prajurit dan Sapta Marga TNI, bahkan hingga hari ini.

Terlahir di bumi Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat, dari rahim Khadijah, Mohammad Natsir bin Idris Sutan Saripado, 17 Juli 1908, tumbuh membesar menjadi anak yang cerdas, tak pernah bayar sekolah, dan taat beribadah. Namanya melambung sedari muda—melalui polemiknya dengan Soekarno—dan karirnya melonjak-lonjak seperti tak berkesudahan sampai takdir menentukan, tiga kali kaki menapak ke kursi Menteri Penerangan di masa awal kemerdekaan.

Mohd. Natsir—demikian tertulis pada namanya—sangat terkenal dengan Mosi Integral ketika menjadi ketua fraksi terbesar di parlemen, Masyumi. Atas prakarsanya berhasil menggolkan bentuk negara NKRI dengan melobi tokoh lintas partai dan kekuatan elite politik nasional—dari yang paling lunak sampai yang paling keras, dari tokoh fraksi yang paling kiri sampai yang paling kanan—melalui pendekatan yang sangat manusiawi dengan cara­cara yang bermartabat, tanpa seorangpun merasa direndahkan dan atau disepelekan. Dan buah keringatnya berhasil mempersatukan kembali persada Nusantara yang sebelumnya sempat dipecah­pecah Belanda. Namanyapun melangit menembus dan melintasi lima benua.

Seorang ahli Ilmu Politik, M. Noer, Ph.D., seranta menyebut jasa besar Natsir bahkan sampai berani mengatakan Indonesia memiliki dua buah proklamasi. Pertama, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dan, kedua, Proklamasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tanggal 17 Agustus 1950, yang kedua­duanya diproklamasikan oleh orang yang sama: Soekarno dan Hatta. Yang membedakan keduanya, pada proklamasi pertama Soekarno­-Hatta menyatakan diri atas nama bangsa Indonesia, sedangkan pada proklamasi kedua, ketika itu, Soekarno adalah Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta adalah Perdana Menteri RIS. Tapi perbedaan itu sungguh tidak penting. Ada terkandung makna yang jauh lebih penting dan mendasar dari kedua proklamasi itu.

Proklamasi tahun 1945 dikumandangkan dengan pernyataan bahwa penjajahan kolonial terhadap bangsa­bangsa telah berakhir dan dengan ini bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Sedangkan proklamasi kedua tahun 1950 digelontorkan dengan pernyataan, “Pembubaran 17 negara­-negara bagian yang tergabung dalam RIS, termasuk Negara RI Yogyakarta (yang diproklamirkan 17 Agustus 1945), dan meleburkan diri ke dalam sebuah negara baru yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).”
Pada sebuah seminar nasional di Kota Padang, Sumatera Barat, tahun lalu Noer menegaskan bahwa pada proklamasi kedua bukan menyatakan “kembali kepada RI yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945”. Karena RI 1945 juga turut “membubarkan diri” bersama Negara Sumatera Timur (NST), Negara Indonesia Timur (NIT), dan lalu bersama­sama meleburkan diri ke dalam NKRI.

Proklamasi NKRI merupakan “penyatuan kembali Republik Indonesia”, yang sebelumnya terpecah menjadi 17 negara bagian. Pembentukan negara­negara bagian ini, yang dipokali Belanda, merupakan negara­negara federasi dari RIS yang disebut juga Byzonder Federal Overleg (BFO). BFO, yang tak lain dari bentuk negara RI, merupakan landasan struktural dalam persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB), yaitu penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada RIS pada 27 Desember 1949 di Amsterdam. Penyerahan kedaulatan secara resmi dilakukan Ratu Juliana sebagai Kepala Negara Kerajaan Belanda kepada Moh. Hatta yang mewakili pemerintah RI.

Arkian, adalah Van Mook selaku Wakil Kerajaan Belanda di Indonesia yang membentuk Negara­negara bagian (BFO), yang kemudian menjadi RIS. Sedangkan RI Proklamasi 1945 yang kemudian disebut sebagai RI Yogyakarta, dijadikan sebagai salah satu negara bagian. Gelagat politik devide et empera ala kolonialis ini “bersemburat” segera tercium rakyat Malang. DPR Malang dari Jawa Timurlah yang mula pertama menyatakan melepaskan diri dari Negara Bagian Jawa Timur dan bergabung dengan negara bagian RI Yogyakarta pada 4 Januari 1950.

Ayunan serupa muncul di Sumatera. DPR NST pada sidangnya 9 Mei 1950 menuntut agar RIS dipertahan¬kan, sebaliknya Kongres Rakyat Sumatera Timur pada 7 Juli 1950 menuntut pembubaran NST. Tapi “polemik” diakhiri oleh Dr. Tengku Mansyur, Wali Negara NST, yang dalam pidatonya menganjurkan agar “mempercayakan kepada pemerintah RIS (di Jakarta) untuk penyelesaian bentuk negara, dengan harapan bahwa di kemudian hari otonomi daerah juga ditegakkan”. Sementara pergolakan untuk membubarkan RIS terus berkelanjutan di berbagai daerah dengan dalih bahwa RIS bukanlah apa yang dicita­citakan oleh Proklamasi 17 Agustus 1945. Susanto Tirtoprodjo dari PNI misalnya menganjurkan negara­negara bagian agar bergabung ke dalam RI (Yogyakarta). RI Yogya akan menggantikan RIS dalam memerintah seluruh Indonesia. Namun negara bagian seperti NIT dan NST tak bisa menerima, mengingat mereka sama berkedudukan sebagai negara (bagian) yang sederajat. Di sinilah M. Natsir tampil menggulirkan rumusan yang baru.

Menurut Natsir, yang piawai bermain bahkan di luar lapangan, hal paling pokok yang mesti dipecahkan adalah bagaimana membentuk NKRI. Adalah hanya soal masalah teknis, tentang apakah dengan cara penggabungan negara­negara bagian ke RI Yogyakarta atau langsung seluruh negara­negara bagian ini ke NKRI. Natsir, yang oleh George McT. Kahin dari Cornell University dijuluki sebagai “he last giants among the Indonesia’s nationalist and revolutionary political leaders” (raksasa terakhir di antara tokoh nasionalis dan pemimpin politik revolusioner Indonesia), segera menggelontorkan kata­katanya yang sangat terkenal: “Pembentukan NKRI harus tanpa menimbulkan konflik antar negara¬negara bagian dan golongan dalam masyarakat.”

Sebagai Ketua Fraksi Masyumi, fraksi terbesar di parlemen, Natsir berlekas mengajukan Mosi Integral—sebuah langkah canggih yang amat dikenal para sejarawan. Sebuah mosi yang pada hakikatnya tak lebih: sengaja dibuat “samar-­samar”. Inilah mosi brilyan “dengan hak paten pada Natsir” yang diterima secara bulat oleh parlemen, dan kemudian diambil alih oleh pemerintah. Mosi Integral yang kemudian terbukti menyelamatkan Indonesia yang baru saja mendapatkan kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda, itu sungguh menarik dicermati. Untuk menjaga perasaan dan martabat para tokoh dan pemimpin­pemimpin itu, Natsir tidak menganjurkan negara­negara bagian membubarkan diri, tapi melebur. Yang paling sulit, katanya belakangan mengenang, adalah meyakinkan negara bagian RI Yogyakarta dengan Mr.Assaat sebagai Pejabat Presiden. Alot.

Sampailah pada ujung sebuah petang, terbukakan pikiran. “Saya berbicara dengan Kasimo dari Partai Katolik, Tambunan dari Parkindo dan sebagainya,” kata Natsir sembari menerawang memorinya yang amat kuat ke belakang. Melalui lobi­lobi yang sungguh tidak mudah selama dua setengah bulan, akhirnya Natsir memberi opsi kepada RI Yogya untuk memilih: membubarkan diri dan masuk ke NKRI atau berperang melawan negara­negara bagian lain seperti NIT dan Pasundan, Madura dan lainnya. Tak lupa Natsir mengingatkan bahwa duet Soekarno­Hatta yang dimiliki RI Yogya adalah modal utama. Tak ada negara bagian lain yang tidak setuju jika Soekarno­Hatta dijadikan Presiden dan Wakil Presiden NKRI. “Disinilah fungsi Soekarno­-Hatta untuk mempersatukan, untuk memproklamasikan, dan untuk mempersatukan kembali,” katanya.

Naskah autentik DPR RIS menunjukkan bukti pidato Natsir pada Mosi Integral, 3 April 1950, yang intinya berisi: (1) Semua negara­negara bagian mendirikan NKRI melalui prosedur parlementer, (2) Tidak ada satu negara bagian menelan negara bagian lainnya, dan (3) masing­ masing negara bagian merupakan bagian integral dari NKRI yang akan dibentuk.

Kooor, seluruh anggota parlemen pun sepakat, dan pada bulan itu juga kemudian memutuskan: “Menganjurkan kepada pemerintah supaya mengambil inisiatif untuk mencari penyelesaian atau sekurang­-kurangnya menyusun suatu konsepsi, menyelesaikan soal­-soal yang hangat yang tumbuh sebagai akibat perkembangan politik di waktu akhir­akhir ini dengan cara yang integral dan menyusun program tertentu.” Perdana Menteri M. Hatta—yang sudah amat tahu ke mana arah pikiran Natsir—dalam sidang kabinet RIS bahkan menyahuti, “Mosi Integral Natsir akan dijadikan pemerintah sebagai dasar penyelesaian persoalan­persoalan yang sedang dihadapi.” Akhirnya, mosi garapan Natsir ini terbukti mampu dan berhasil menegakkan bentuk NKRI secara demokratis dan konstitusional, yang kemudian diproklamasikan oleh Presiden Soekarno pada pidato kenegaraan 17 Agustus 1950.

Berkat tangan dingin dan buah keringat Natsir inilah negara­bangsa dengan 17.000 pulau yang terhampar di zamrud katulistiwa ini, yang sebelumnya terpecah­pecah menjadi 17 negara bagian, terselamatkan. Inilah pula yang kemudian menjadi tiket utama dan mengantarkan Natsir, “si pengayuh sepeda onthel dan satu­satunya menteri yang berbaju tambalan” ini menapaki kursi sebagai Perdana Menteri pertama NKRI tahun 1950. “Natsirlah Perdana Menteri. Dia punya konsepsi untuk menyelamatkan Republik,” kata Presiden Soekarno. Dan bermula dari NKRI, buah tangan Natsir itu pula, sadar atau tidak (mau) sadar, telah lahir Sapta Marga dan Sumpah Prajurit di kalangan militer yang terus dipegang teguh hinga kini yang menyatakan untuk tetap tunduk patuh mempertahankan NKRI.

Dengan wajah ceria, pada sepotong sore yang redup seusai sholat Ashar, dalam wawancaranya dengan saya di kantor DDII Jalan Kramat Raya 45, sembari tersenyum­senyum Natsir kembali berkisah. Bahwa Mosi Integral yang diusulkannya sengaja dibuat samar­samar dan tidak jelas, agar tidak dicurigai Belanda. Maklum, belum lama berselang, Belanda baru saja menyerahkan kedaulatan pada pemerintah RI Yogyakarta. “Saya adakan Mosi Integral yang kabur­kabur, begitulah, ha ha ha.... Kabur, sebab kita tengah menghadapi Belanda. Jangan sampai nanti Belanda bikin kacau lagi. Belanda tidak boleh tahu mau ke mana perginya rencana itu,” kata Natsir sembari menerawang ke langit­langit. (Lihat Agus Basri, Politik Melalui Jalur Dakwah, Jakarta: Panitia Peringatan Releksi Seabad M. Natsir, Pemikiran dan Perjuangannya & Penerbit Media Dakwah, 2008).

Namun apa harus dikata. Kabinet Datuk Sinaro Panjang ini tak berumur panjang. Ini tak lepas dari ulah Soekarno yang tersinggung—dengan muka merah padam— tak suka pada Perdana Menterinya yang mengajak para menterinya sowan ke istana untuk berbicara soal Irian Barat (kini Papua).

Pada sebuah kesempatan, melalui poros kekuatannya yang ada di parlemen, Soekarno mempermainkannya. Natsir—yang di masa tuanya bercerita, tampak masih seperti teriris­iris— mengingat manakala dipermainkan dalam sidang­sidang sehingga tidak memenuhi quorum. “Permainan di parlemen yang menyebabkan (kabinet) saya jatuh. Ya, karena ulah Soekarno,” katanya. “Makanya, kabinet saya mengundurkan diri. Itu lebih baik. Saya tidak mau dipermainkan begitu.” Dan tengoklah apa kata Presiden Soekarno, tatkala Natsir mengembalikan mandat: “Saya sudah duga sejak semula,” kata Sang Putra Fajar dalam bahasa Belanda.

SEJAK lengser Natsir mengamati Soekarno kian berkilah dan mulai menyimpang dari UUD, ditambah pula langkahnya yang kian rapat dengan kekuatan komunis. Inilah pula yang membuat kalangan militer panas dingin, dan mengakibatkan terjadinya pergolakan di daerah, yang dipimpin para komandan militer seperti Achmad Husein dan Simbolon dari Sumatera.
Natsir yang dikenal suka “jalan dan diutus” menyelesaikan pergolakan sebelumnya, seperti dalam kasus DI/TII dengan Kartosuwirjo dan RMS, menyempatkan diri berangkat ke Sumatera menemui para pimpinan Dewan Banteng dan Dewan Gajah. Juga Dewan Garuda. Menurut Natsir, militer telah mengambil over pemerintahan dari gubernur­gubernur. Maka, “Kami menjalin kontak pribadi dengan mereka secara informal. Kami juga menanyakan kemungkinan mempersatukan kembali negara kita ini.”

Yang muncul ke permukaan kemudian sebuah usul kepada Pemerintah Pusat: Kabinet yang ada sekarang perlu menyerahkan mandat kepada Presiden, lalu dibuat kabinet baru dengan menampilkan M. Hatta sebagai Perdana Menteri dan Hamengku Buwono IX wakilnya. “Presiden tetap Presiden. Jadi, kami ini ingin kembali ke UUD, dan yang penting, bagaimana menyatukan negara ini kembali.” Tapi jawaban dari Jakarta adalah bom­bom berjatuhan di Kota Painan di pesisir selatan Sumatera Barat. Maka, Achmad Husein segera meraih mik Radio Bukittinggi dan mengumumkan pembentukan PRRI untuk menjalankan pemerintahan hingga terbentuknya kabinet yang dipimpin oleh Hatta, pada 15 Februari 1958.
Adalah kebetulan semata, di bawah kekuasaan Dewan Banteng pula, satu dekade atau 10 tahun sebelumnya Sjafruddin Prawiranegara juga memprakarsai (sekaligus juga dipercaya Pusat) membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Bedanya, menurut R.Z. Leirissa dalam buku PRRI Permesta: Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis (1991), “PDRI adalah usaha memimpin bangsa Indonesia melanjutkan perlawanan terhadap kolonialisme, sedangkan PRRI merupakan suatu usaha untuk menggalang kesatuan di antara pelbagai kelompok dalam bangsa Indonesia yang menolak konsepsi Presiden Soekarno dan pengaruh komunisme dalam negara dan bangsa Indonesia.”

Jika ditarik sedikit ke belakang, sikap Hatta yang mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden pada 1 Desember 1956—tidak lepas dari sikapnya menentang komunis —dan sikap Presiden Soekarno yang mulai terang­terangan menyatakan dukungannya terhadap komunis melalui konsepsinya yang dipidatokan pada 21 Februari 1957, kian memanaskan. Dan dibiarkannya kaum komunis menjadi anggota kabinet menjadikan suasana semakin gerah. Ini menyebabkan kian mengerasnya sikap masyarakat terhadap Pemerintah Pusat. Sementara oleh pihak Jakarta sikap itu diartikan sebagai menentang Pusat, separatisme.

Namun Leirissa menegaskan, “Data yang terkumpul menunjukkan bahwa kategori ‘separatisme’ tidak bisa dikenakan pada PRRI/Permesta, karena sejak semula tidak ada niat untuk memberontak. Masalahnya lebih banyak menyangkut hubungan hirarkis dalam ketentaraan yang sesungguhnya telah diselesaikan....”

Sebegitu, pun tak jauh berbeda dengan RPI (Republik Persatuan Indonesia). Menurut tokoh sekaliber Sumual, “Pembentukan RPI tidak jauh berbeda dengan pembentukan RIS dulu. Pembentukan RPI adalah suatu taktik perjuangan yang dirumuskan Dewan Perjuangan. Ketika itu, sangat diperlukan suatu wadah formal untuk menyatukan semua kekuatan yang sedang mengadakan perlawanan terhadap pemerintahan Soekarno,” katanya. Howard P. Jones, Duta besar AS untuk Indonesia (ketika itu), dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Djuanda, mengungkapkan, “Gagasan dalam bulan Maret (1956), menurut Djuanda, adalah seperti yang diinginkan Dewan Perjuangan, yaitu Hatta sebagai Wakil Presiden dan Perdana Menteri.

Di sini kapasitas Natsir yang memahami semua yang terjadi, sebenarnya lebih berfungsi yang mengarah pada mediator “yang menengahi dan menyelesaikan”. Sebagaimana sebelumnya manakala “jalan” atau “diutus” menemui Kartosuwirjo dalam kasus DI dan juga kemudian RMS. Natsir yang telanjur berangkat ke Sumatera Barat dijadikan “tempat mengadu” sekaligus juga boleh jadi tameng yang berkaitan dengan tuntutan otonomi daerah dan pemerintah minus komunis. Beberapa tahun kemudian di awal Orde Baru komunisme dilarang, dan sejak awal era reformasi otonomi daerah diberlakukan. Jalan sejarah yang nyata mengairmasi perjuangan PRRI dan Natsir.

TIDAKLAH berlebihan pula manakala melihat dasar pijakan yang ada. Bahwa para tokoh PRRI/Permesa dan RPI pun berujung—selesai—dengan keluarnya amnesti. Maka wajar saja Pejabat Presiden/Ketua Presidium Ampera Jenderal Soeharto dalam pidato di depan Musyawarah Kerja antara Pemerintah Pusat dan Pejabat­pejabat Daerah 27 Juli 1967 di Jakarta menegaskan, “Mengenai mereka yang dahulu terlibat dalam PRRI, dan telah mendapatkan amnesti, pemerintah ingin menegaskan bahwa mereka sebagai warga negara Indonesia sama seperti yang lain.”

Tak pula berlebihan Badan Pembina Pahlawan Pusat (BPPP) meloloskan nama M. Natsir, termasuk salah satu dari tujuh calon kuat penerima gelar pahlawan nasional tahun lalu. Sebuah perjuangan yang belum juga usai, kata Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dalam seminar di aula Mahkamah Konstitusi, lantaran Datuk Sinaro Panjang ini mental di penghujung tahun lalu. Bahwa penyambutan “Seabad M. Natsir” yang digelar tahun ini dilakukan secara besar­besaran, tak lain lantaran memang demikian selayaknya menghargai jasa besar orang besar, yang membaktikan diri pada negara dengan bentuk negara NKRI dan membesarkaan bangsa dan agamanya. Di sinilah mayoritas umat Islam sudah tentu, dan pasti tahu, bakal memberikan taruhannya pula untuk memilih dan menentukan pemimpin yang sebenarnya. Bahkan untuk jabatan seorang presiden

19 Agustus 2008

“Rindu Nabi” Masjid Tertua di China


dakwatuna.com - Bangunan unik nan megah, tempat bernuansa spiritual. Inilah dua hal yang dirasakan setiap pengunjung masjid ”Huai-Sheng” di China. Masjid ini satu-satunya peninggalan yang mengindikasikan bahwa Islam memiliki jejaknya di negeri ini semenjak awal.
Masjid yang terletakdi kota Guangzhow, Selatan China ini, sehari-hari menampug sejumlah besar umat Islam yang menunaikan shalat wajib.
Pada hari Jum’at, jumlah kaum muslimin asli China dan Asing yang shalat jum’at terhitung dua ribu (2000) jama’ah.
Arti nama masjid Huai-Sheng ini adalah “Masjid Rindu Nabi Muhammad”. Dinamakan demikian karena para pendatang Arab muslim yang datang di China rentang waktunya masih dekat dengan masa Nabi. Boleh jadi para pendatang Arab muslim itu masuk Islam pada zaman Nabi masih hidup, untukk mengobati rasa rindu mereka terhadap Nabi, maka masjid yang mereka dirikan diberi nama demikian.
Masjid ini sebagaimana masjid-masjid di China lainnya tidak hanya dibuka pada waktu shalat dan untuk mendengarkan ceramah saja. Bahkan masjid digunakan juga untuk prosesi akad nikah, mengurus jenazah, mendamaikan orang yang berseteru, menolong orang yang membutuhkan, merencanakan lomba olah raga antar umat Islam…. beragam kegiatan ini berjalan beriring.
Peninggalan Islam China Tertua
Tercatat bahwa masjid Huai-Sheng ini merupakan masjid pusat di Guangzhow. Masjid ini merupakan bangunan nuansa klasik yang menunjukkan tampilan yang indah dan unik. Di sekitar masjid ini terdapat tempat-tempat penjualan makanan, menjual makanan “Islami” seperti sayur-mayur dan daging. Kebanyakan orang Arab yang berdomisili di China membeli daging “Halal” di tempat ini.
Nilai masjid ini nampak dari keagungan sejarahnya dan kemegahan bangunannya dengan ciri khas bangunan Arab-China; Menara bertingkat, tingginya 36 meter dari permukaan bumi… ia nampak cahaya yang membelah awan.
Dindingnya terdiri dari dua tingkatan, dalam dan luar. Menara memiliki jendela kecil, sebagai bagian dari fentilasi udara. Jika Anda naik sampai atas, Anda akan melihat kota Guangzhow seluruhnya.
Menara masjid khas Islami, meskipun usia pembangunannya telah sangat berumur, namun menara ini masih terlihat gemerlap dan megah.
Banyak sejarawan meyakini bahwa masjid ini adalah masjid tertua di China. Tercatat masjid Huai-Sheng di bangun pada masa keluarga Tsung (tahun 618-907M).
Masjid ini dibangun oleh komunitas Arab Islam yang datang di China pada tahun 627M.
Prasasti Bertuliskan Arab
Di masjid Huai-Sheng terdapat prasasti bertuliskan Arab, yang menunjukkan bahwa bangunan masjid itu didirikan oleh Sayyid Waqqash, ketika ia datang di China. Akan tetapi Waqqash yang diyakini umat Islam China ini bukanlah Sahabat Nabi yang mulya, karena dalam sejarah Arab sendiri tidak tercatat ada Sahabat Nabi yang berkunjung ke China.
China termasuk negara awal yang di datangi Islam. Lebih dari seribu tiga ratus tahun (1300) Islam tersebar di China sehingga Islam menjadi keyakinan yang menyatu dengan puluhan minoritas di China.
Tercatat lebih dari seribu tiga ratus tahun itu, umat Islam China dari berbagai komunitas telah membangun masjid besar dan kecil. Data statistik menunjukkan jumlah masjid di China sampai sekarang sebanyak tiga puluh ribu (30 000) masjid. Sebagian menunjukkan sejarahnya yang gemilang, sebagian memperlihatkan kemegahan arsiteknya.
Jumlah penduduk China adalah terbesar di dunia, ketika Islam memberi pengaruh di negeri tirai bambu ini dengan izin Allah, maka China akan menjadi kekuatan yang sangat diperhitungkan ke-Islamannya di dunia.
Meski saat ini sebagian besar muslim ‘taat’ adalah generasi berusia tua, kita do’akan semoga generasi mudanya segera menemukan kembali identitas ke-Islamanya. (in/ut)

taken from www.dakwatuna.com

Biografi Mohammad Natsir

Mukmin Negarawan dan Ulama Kharismatik


Lahir di Alahan Panjang, Solok, Sumatera Barat pada tanggal 17 Juli 1908, anak dari pasangan Idris Sutan Saripo-Khadijah ini diberi nama Mohammad Natsir atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Natsir. Pada usia 8 tahun masuk HIS (Hollandse Inlandse School/ Sekolah Dasar) di kota Padang. Beberapa bulan kemudian pindah ke HIS di Solok. Untuk pelajaran agama, diperolehnya di Madrasah Diniyyah di kampungnya pada sore hari.
Setelah tamat HIS, Pak Natsir melanjutkan ke MULO (Midlebare Uitgebreid Larger Onderwys/ setingkat SMP) selama empat tahun dari 1923 sampai 1927. Pada masa itu, untuk masuk MULO setidaknya harus memiliki intelektual yang memadai, mampu berbahasa Belanda, dan biasanya anak orang terpandang. Demi melanjutkan sekolahnya, Pak Natsir rela berpisah dengan orang tua dan kampungnya untuk melanjutkan ke AMS (Algemene Midlebare School/ Sekoah Lanjutan Atas) di Bandung. Disinilah beliau berkenalan dengan pergaulan yang lebih luas, baik pergaulan fisik, amupun pemikiran.
Di sekolah umum, Pak Natsir mendapat target yang tidak mudah. Setiap tahun beliau harus menyelesaikan 25 buku karya sastra dari para sastarawan besar yang ternama, karena bacaaan tersebut akan diujikan pada akhir tahun. Tidak mengherankan pada usia 21 tahun, beliau menguasai bahasa Arab, Belanda, Jerman, Inggris, Latin, dan Prancis. Dan bisa menjelaskan peradaban dunia yang berbasis Islam, Romawi, Yunani dan Barat.
Di Bandung inilah, Pak Natsir bertemu dengan Ahmad Hasssan, seorang tokoh Persis (Persatuan Islam), dan berguru dengannya. Sebagai seorang pimpinan ummat, Tuan Hassan mengajak dan memperkenalkan Pak Natsir dengan dunia ergerakan dan politik. Beberapa kali malah Pak Natsir diajak menjenguk Soekarno yang disel Belanda di penjara Sukamiskin.
Jika sudah duduk dengan Tuan Hassan, Pak Natsir bisamenghabiskan waktu berjam-jamuntuk berdialog dan berdiskusi, mulai dari masalah agama, politik, dan pertarungan ideologi di kancah dunia. Salah satu yang menjadi bahasan serius adalah kiprah orientalis Belanda, Snouck Hurgronje.
Persentuhan ini turut memompa jiwa perjuangan Pak Natsir. Beliau tercatat sebagai salah satu motor penggerak Jong Islamiten Bond, Perkumpulan Pemuda Islam yang mempunyai visi dan misi perjuangan. Pak Natsir rapat bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan lain, seperti Kasman Singodimedjo, Mohammad Roem, dan Prawoto Mangkusasmito, Haji Agus Salim, Ahmad Soorkati, H.O.S. Tjokroaminoto, dan Tjipto Mangoenkoesoemo.
Selain berguru dengan Tuan Hasssan, Pak Natsir juga berguru dengan Haji Agus Salim, H.O.S. Tjokroaminoto, dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Dengan Haji Agus Salim, Pak Natsir berguru tentang politik. Dan ditangan Haji Agus Salim jugalah, bakat kepemimpinannya makin terasah.
”Apakah saya harus memecahkan ini atau saudara-saudara? Saudara-saudara harus berlatih menjadi seorang pemimpin. Dan seorang pemimpin itu, bedanya dengan yang dipimpin ialah, bahwa di suatu saat yang penting dia dapat memilih antara dua atau lebih alternatif. Kemampuan untuk memilih dua atau lebih alternatif itulah ciri dari seorang pemimpin. Tapi kalau saya kunyahkan untuk saudara-saudara agaimana memecahkan masalah ini, kapan saudara akan menjadi pemimpin? Kalau terus saja kamu sekalian saya berikan bagaimana harus begini begitu, maka tidak pernah akan matang kamu untuk menjadi memimpin dan akan tetap menjadi pengikut.” Inilah nasehat Haji Agus Salim kepada murid-muridnya, termasuk Pak Natsir yang menjadi pendororng dalam mematangkan jiwanya.
Pada masa kemerdekaan, Pak Natsir memulai kiprah politiknya sebagai Menteri Penerangan pada Kabinet Syahrir. Beliaulah Menteri Penerangan pertama yang menjabat sebanyak tiga kali berturut-turut, dua kali pada masa kabinet Syahrir, dan satu kali pada masa kabinet Hatta. Pak Natsir juga tercatat sebagai salah satu pendiri Partai Masyumi yang memiliki suara signifikan pada Pemilu Indonesia Pertama.
Kharisma Pak Natsir dikagumi oleh teman dan disegani oleh lawan. Seorang Soekarno saja, yang pemikirannya selalu ditantang dan dikritisi oleh Pak Natsir, tidak akan menandatangani suatu penerangan pemerintah, apabila penerangan itu tidak disusun oleh Pak Natsir. Dan tidak mengherankan Soekarno menyerahkan pembentukan kabinet pada beliau pada tahun 1950. Ketika itu terjadi perundingan antara Republik Indonesia Serikat dengan Pemerintah Republik indonesia di Jogjakarta. Dengan lobi yang panjang di parlemen, maka konferensi memutuskan Indonesia kembali menjadi negara berdasarkan UUD 1945.
Dengan keputusan itu, Bung Karno menunjuk Pak Natsir untuk menyusn kabinet koalisi Partai Masyumi-PNI. Tapi untuk beberapa lamanya kabinet belum terbentuk. Pasalnya terjadi perdebatan sengit antara Masyumi dan PNI untuk menentukan siapa menduduki kursi apa. Sampai-sampai pak Natsir mengembalikan mandat tersebut ke Bung Karno. Presiden Soekarno sendiri menolak mandat yang diberikan Pak Natsir, dan mengatakan kepadanya ”Tinggalkan PNI!”
Maka pada Bulan September atau Oktober, terbentuklah sebuah kabinet dengan Perdana Menteri Pak Natsir, seorang Muslim Indonesia yang demikian dipercaya oleh seorang ”rival” sekalipun.
Hubungan antara Pak Natsir dan Bung Karno semakin meruncing, karena perbedaan ideologi, Pak Natsir yang terus concern dalam meyuarakan islam sebagai asas negara, ditantang habis-habisan oleh Bung Karno yang lebih berpaham ’sekuler’ yang ingin memisahkan antara agama dan negara. Bermula dengan peristiwa Cikini 30 november 1957, yakni usaha pembunuhan terhadap Bung Karno, Pak Natsir difitnah sebagai dalang peristiwa tersebut. Beliau selalu diintimidasi dan keselamatannya tidak terjaga. Akhirnya pada tahun 1957, Pak Natsir kembali ke tanah kelahirannya, Sumatera Barat. Disana, beliau bersama Burhanuddin Harahap dan Syafruddin Prawiranegara bergabung dengan gerakan PRRI. Peran beliau di PRRI sangat tampak jelas ketika sebagian dari pejuang tesebut ingin memisahkan diri dari NKRI, tetapi Pak Natsir bersama tokoh tua nasional lain yang tergabung tidak sepakat dengan gagasan itu. Beliau tetap ingin berjuang dalam batas wilayah NKRI. Dalam kata lain PRRI masih termasuk ke dalam NKRI, dan PRRI akan bubar dengan sendirinya jika pemerintahan berjala nsesuai dengan UUD1945.
Kediktatoran Bung Karno semakin menjadi setelah Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden. Melihat gelagat ini, Pak Natsir kembali berjuang memasang badan untuk mengembalikan Negara Republik Indonesia sesuai dengan cita-cita proklamasi dan UUD 1945. Untuk melaksanakan hal tersebut, PRRI mengeluarkan ultimatum pada tanggal 10 Februari 1958 ke pemerintah pussat dengan tuntutan, bubarkan kabinet Djuanda dalam tempo 5 X 24 jam dan mengembalikan mandatnya kepada Presiden, Bung Hatta dan Hamengku Buwono IX ditunjuk sebagai formatur untuk menyusun kabinet baru, kabinet baru tersebut diberi kesempatan sepenuhnya untuk bekerja sampai pemilu berikutnya, dan Presiden Soekarno/ Pejabat Presiden membatasi diri menurut konstitusi, namun apabila tuntutan itu tidak dipenuhi, maka rakyat tidak wajib taat lagi kepada pemerintah Republik Indonesia.
Sebagai jawaban ultimatum tersebut, Bung Karno malah mengirim tentara untuk membasmi para pejuang PRRI.
Pak Natsir menjalani hidup masuk keluar hutan selama bertahun-tahun. Hal ini dilakukan bukan takut terhadap tentara kiriman Bung Karno, tapi untuk menghindar terjadinya bentrokan yang diakibatkan oleh kediktatoran penguasa, dan kejadian ini juga dijadikan sebagai uzlah untuk mengingat Allah.

(bersambung)

17 Agustus 2008

Rintihan Hati

Ya Allah,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar
perkataan hambamu ini,
Maha melihat kedudukanku, Maha Mengetahui
rahasia dan kenyataanku
Tak ada sesuatupun dari perkaraku yang samar bagiMu.

Aku adalah orang yang sengsara, fakir, takut,
Aku meminta kepadaMu
sebagaimana orang miskin meminta
Aku mengagungkanMu
sebagaimana orang yang berdosa lagi hina mengagungkanMu
Aku berdo'a kepadaMu
sebagaimana halnya orang yang takut dan dalam keadaan terpaksa memohon kepadaMu
Aku berdo'a kepadaMu
sebagaimana orang yang jiwanya tunduk berdo'a padaMu
Aku berdo'a kepadaMu
sebagaimana halnya orang-orang yang menangis karena memohon ampunanMu,
sebagaimana do'anya orang yang merasa dirinya hina di hadapanMu
sebagaimana orang yang merasa tidak ada harganya di hadapanMu.

Ya Allah janganlah Engkau jadikan doaku terhadapMu
sebagai do'anya orang yang celaka
Kumohon, curahkanlah belas kasih dan sayangMu padaku
wahai sebaik-baiknya Dzat yang Dipinta dan
sebaik-baiknya Dzat yang Pemberi

13 Agustus 2008

Menyegarkan Motivasi Bersama Ramadhan

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (al-Baqarah [2]: 186)

Kiat-kiat meningkatkan motivasi setiap orang memang bisa dilakukan dari beberapa sisi, yaitu sisi mental, emosi, fisik, dan spiritual. Tak ada satu sisi yang bisa dikatakan lebih baik daripada lainnya. Semua saling melengkapi. Saling menyempurnakan. Kebetulan sekali, setiap muslim kini mulai menapaki hari-hari awal di bulan Ramadhan, bulan paling mulia, dan—seharusnya dapat menjadi—bulan penyegar motivasi bagi setiap diri muslim. Mengapa dapat diistilahkan demikian?

Seperti diuraikan di atas, ada sisi spiritual—atau kita sebut juga spiritual religius—yang sangat luar biasa yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh setiap muslim selama Ramadhan. Ini sisi yang paling dominan sebagai peningkat motivasi selama Ramadhan. Namun sayangnya, banyak kaum muslimin yang menganggap nilai dan agenda acara Ramadhan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, atau sebagai ibadah rutin tahunan miskin makna. Tentu saja pemahaman ini patut disayangkan. Mari kita renungkan sejenak untuk memaknai dan melihat lebih dalam sisi spiritual
religius bulan Ramadhan sebagai peningkat motivasi pribadi-pribadi muslim.

Keridhaan Allah swt.

Keridhaan Allah swt. memang menjadi dasar utama diterimanya amal seorang hamba-Nya. Pembahasan ayat al-Baqarah ayat 186 di atas menyebut istilah “kedekatan” Allah swt. kepada hamba-hambanya akan berbuah menjadi keridhaan-Nya, asalkan hamba-hamba tersebut secara konsekuen beriman agar selalu berada dalam kebenaran. Penulis tidak akan melanjutkan pembahasan dari sudut aqidah, tetapi lebih kepada beberapa nilai motivasi yang dapat kita ambil sebagai ibrah (pelajaran) yang sangat berharga.

Beberapa Kiat Spiritual dalam Ramadhan

• Latihlah jiwa kejujuran, kesungguhan, dan disiplin diri kita dalam bulan Ramadhan karena Allah swt..

Bukan berarti di luar bulan Ramadhan kita tidak memunculkan sifat-sifat mulia tersebut. Namun, seperti telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya, bahwa visi dan misi hidup setiap muslim harus sesuai dengan keinginan dan keridhaan Allah swt.. Kita tak boleh hidup dengan cara “semau gue” atau hidup “sa ena'e udhele dhewek”. Karena itu, hidup setiap muslim setelah diawali dengan tujuan hidup yang diridhai Allah swt. maka dilanjutkan dengan aktivitas yang ikhlas, mawas (menjaga jangan sampai melenceng dari tujuan semula), dan berkualitas. Inilah yang dikenal dengan istilah ihsanul-'amal (pekerjaan yang berkualitas dilihat atau tidak dilihat orang, karena yakin Allah swt. pasti melihat si pelaku pekerjaan tersebut). Termasuk pula di dalamnya nilai kejujuran, kesungguhan, kedisiplinan, serta nilai-nilai mulia lainnya. Sebagai contoh kasus: di bulan Ramadhan seorang muslim bisa saja membohongi teman-temannya bahwa dia sedang berpuasa walaupun sebenarnya dia sedang tidak berpuasa. Tak satu pun temannya yang tahu. Tetapi, apakah dia bisa membohongi Allah swt.?

Nilai kesungguhan dan kedisiplinan juga makin terasah dengan memaksa diri “berjuang” menepati time schedule bangun sahur, starting time aktivitas shaum (berpuasa), hingga tiba di finishing time berbuka puasa dalam satu hari di bulan Ramadhan. Dengan frekuensi sebanyak 29 atau 30 hari seharusnya cukup untuk melatih setiap muslim merespon keterlibatan dirinya dalam training center “kesungguhan dan kedisiplinan” tahunan. Ini baru seputar pelaksanaan puasanya saja.

• Latihlah jiwa kebersamaan dan persaudaraan kita dalam agenda kegiatan yang telah disusun, baik secara individu maupun secara kolektif.

Tahun-tahun belakangan ini sudah semakin marak dan semakin kreatif mata acara yang disusun sebagai pengisi bulan Ramadhan. Sebut saja acara buka puasa bersama, shalat tarawih dan witir berjamaah, pesantren kilat—yang mudah-mudahan materi-materi yang diterima tidak kilat pula hilangnya—, tadarus Al-Qur`an, kegiatan penerimaan & penyaluran zakat fitrah, hingga ke acara shalat Idul Fitri di lapangan dan masjid, serta halal bihalal pasca Idul Fitri. Mungkin masih ada yang belum disebut, namun seberapa jauh kita terlibat sebagai panitia/pengurus kegiatan-kegiatan tersebut? Kalau belum mampu jadi panitia, seberapa aktif diri kita sebagai peserta kegiatan tersebut? Adakah rencana peningkatan secara signifikan kuantitas maupun kualitas kegiatan (baca: ibadah berlipah pahala) kita Ramadhan tahun ini? Selain itu, yang tak kalah penting adalah jiwa kebersamaan dan persaudaraan sesama muslim harus lebih ditumbuhsuburkan, agar kita bisa terhindar dari penyakit ananiyyah (egoisme) yang sangat merusak motivasi diri muslim hingga ikatan persaudaraan umat Islam secara komunal. Ramadhan sebagai syahrul-mu`asat (bulan santunan) jangan sampai kita lewatkan begitu saja. Tumbuhkan empati, simpati, pertolongan kepada sesama.

• Manfaatkan momen 10 hari terakhir (i’tikaf) untuk meningkatkan kualitas ibadah dan bermuhasabah (mengevaluasi) kualitas diri.

Meskipun banyak orang Islam yang lalai memanfaatkan momen 10 hari terakhir Ramadhan, seharusnya kita menjadi muslim yang cerdas memanfaatkan peluang ini. Jangan terpengaruh oleh realitas motivasi yang “kurang sehat” di kalangan umat Islam pada 10 hari terakhir Ramadhan, seperti: shaf jamaah shalat tarawih dan witir mengalami “kemajuan” (maksudnya: jumlah jamaahnya berkurang sehingga shaf-nya hanya ada beberapa di bagian depan), sikap malas-malasan dan ingin segera lebaran, acara malamnya dipakai begadang, dan lain-lain. Rasulullah saw.—yang kemudian diikuti para sahabatnya—selalu mengisi momen penting ini dengan i’tikaf. Ini membuktikan bahwa selain untuk meningkatkan kualitas ibadah, ternyata ada satu hal yang sering dilupakan kaum muslimin, yaitu muhasabah. Evaluasi kualitas diri kita khususnya selama setahun ini langsung kita adukan pada Yang Maha Pemberi jalan keluar, Allah swt. Setelah itu, kita makin “dekatkan” diri kita kepada-Nya dengan cara: peningkatan keimanan kepada-Nya lebih baik daripada tahun sebelumnya dan memelihara diri agar tetap dalam kebenaran.

Rupanya inilah salah satu rahasia Rasulullah dan generasi awal kaum muslimin kembali menyegarkan motivasi hidup mereka. Motivasi Ilahiah adalah adalah motivasi tertinggi dan terhebat dibandingkan motivasi-motivasi “karbitan” lainnya. Wajar saja bila Rasulullah dan para sahabatnya menyambut Ramadhan selaku tamu agung dan berderai air mata melepas kepergiannya. Momen yang luar biasa mulia untuk meningkatkan kualitas diri dan menyegarkan motivasi hidup kita. Wallahu a’lam.

Taken from Okke Nurtama

8 Tips Sambut Ramadhan Oleh: Ulis Tofa, Lc

dakwatuna.com - Ramadhan yang penuh kelimpahan kebaikan dan keutamaan, akan dapat dirasakan dan diraih ketika ilmu tentang Ramadhan dipahami dengan baik.
Bayangkan, para generasi awal Islam sangat merindukan bertemu dengan bulan suci ini. Mereka berdo’a selama enam bulan sebelum kedatangannya agar mereka dipanjangkan umurnya sehingga bertemu dengan Ramadhan. Saat Ramadhan tiba, mereka sungguh-sungguh meraih kebaikan dan keuataman Ramadhan. Dan ketika mereka berpisah dengan Ramadhan, mereka berdo’a selama enam bulan setelahnya, agar kesungguhannya diterima Allah swt. Kerinduan itu ada pada diri mereka, karena mereka sadar dan paham betul keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.
Bagaimana menyambut bulan Ramadhan? Berikut kami hadirkan “8 Tips Sambut Ramadhan” :
1. Berdoa agar Allah swt. memberikan umur panjang kepada kita sehingga kita berjumpa dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal: Puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan. Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadan.” (HR. Ahmad dan Tabrani)
2. Pujilah Allah swt. karena Ramadhan telah diberikan kembali kepada kita. Imam An Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata: ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah swt. kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan.
3. Bergembira dengan datangannya bulan Ramadhan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
4. Rencanakan agenda kegiatan harian untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadhan. Ramadhan sangat singkat, karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
5. Kuatkan azam, bulatkan tekad untuk mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah swt., maka Allah swt. akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” Muhamad:21.
6. Pahami fiqh Ramadhan. Setiap mukmin wajib hukumnya beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadhan datang agar amaliyah Ramadhan kita benar dan diterima oleh Allah swt. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahu.” Al-Anbiyaa’ ayat 7.
7. Kondisikan qalbu dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs –pemberishan jiwa-. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental, dan jiwa kita siap untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt. di bulan Ramadhan.
8. Tinggalkan dosa dan maksiat. Isi Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Lembaran baru kepada Allah, dengan taubat yang sebenarnya taubatan nashuha. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” An-Nur:31. Lembaran baru kepada Muhammad saw., dengan menjalankan sunnah-sunnahnya dan melanjutkan risalah dakwahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahim. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, “Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Semoga Allah swt. memanjangkan umur kita sehingga berjumpa dengan Ramadhan. Dan selamat meraih kebaikan-kebaikannya. Amin ya Rabbana. Allahu a’lam

12 Agustus 2008

Dasar Teoritis untuk Pendidikan Jarak Jauh

Teori itu sangat, amat sangat bernilai. Teori mempresentasikan kepada kita apa saja yang kita tahu mengenai segala sesuatu. Teori memberikan kita kerangka umum, garis besar cara pandang, Perbendaharaan kata yang dapat kita pergunakan menjawab persoalan-persoalan yang muncul dan senantiasa kita hadapi. Dengan berbekal pengalaman yang sudah ada, teori dapat membantu kita untuk mengenali apa yang belum kita ketahui serta dapat dijadikan landasan awal untuk menentukan darimana kita harus memulai untuk meneliti hal tersebut lebih lanjut. Karena kebanyakan orang tidak suka membaca teori. Sejumput informasi yang terkumpul mengenai teknologi dalam pendidikan tidaklah begitu penting, akibatnya beberapa persoalan penting seputar masalah diatas cenderung terlalaikan. Pada bab ini kami akan memberitahukan anda salah satu dari teori umum pedagogik dari pendidikan jarak jauh yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk menjawab beberapa persoalan penting tersebut.
Pada Musim panas di tahun 1972, Michael G Moore mempersiapkan sebuah presentasi untuk ditampilkan di Ninth World Conference of the International Council for correspondence Education ( Konprensi tingkat Dunia Ke Sembilan Perwakilan Internasional untuk Korespondensi Pendidikan) yang diadakan di Warrenton, Virginia. Makalah Moore ini berjudul ” Otonomi pembelajar : Dimensi Kedua dari pembelajaran Mandiri” sebagai mana ditulis oleh sebuah jurnal di Kanada, dimulai dengan pernyataan di bawah ini :
Kita memulainya dengan sebuah postulat bahwa di alam semesta ini ada dua pendekatan yang biasa dikenal dalam dunia pengajaran yaitu” pengajaran tatap muka” dan ” pengajaran jarak jauh”. setelah menjelaskan pengajaran konvensional atau ”pengajaran tatap muka” Moore menjelaskan ”pengajaran jarak jauh” sebagai metoda pendekatan instruksional dalam perilaku pengajaran yang merupakan salah satu bagian dari perilaku pembelajaran, sebagaimana ”pengajaran tatap muka” yang telah lebih dahulu dijelaskannya. Namun perbedaaanya, dalam Pembelajaran Jarak jauh ini, komunikasi antara pelajar dan guru difasilitasi dengan bahan ajar yang sudah dicetak, alat-alat elektronik, dan lain sebagainya (Moore, 1972, hal.76)
Inilah definisi pertama mengenai pendidikan jarak jauh di Amerika. Semenjak presentasi ini, Moore lalu melangkah lebih lanjut menerangkan garis besar teori pedagogi pendidikan jarak jauh. Selama dua tahun ia bekerjasama dengan Charles Wedemeyer di Universitas Wisconsin-Madison dalam sebuah program yang menggunakan teknologi komunikasi. Pada saat yang sama, dia mempelajari teori-teori pendidikan memperhatikan apa-apa yang tidak dioperhatikan sebelumnya, dimana tidak ada teori yang dapat menjelaskan perilaku pembelajaran dan pengajaran ”bahwa pendidikan jarak jauh adalah bagian perilaku pembelajaran yang ada selama ini”. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada satupun teori yang dapat mendukung sistem pendidikan jarak jauh. Moore menyatakan hal ini dalam konprensi tersebut sebagaimana yang dituliskan artikel tersebut :
Selanjutnya kami membangun metode non tradisional yang menjangkau sejumlah besar orang yang tidak atau tidak akan dapat ikut dalam pendidikan dalam institusi konvensional tetapi mereka memilih belajar dari guru-guru meeka, kita akan berhadapan langsung dengan sumber daya-sumber daya yang menjadi faktor makro yang bisa menjelaskan dan mendefinisikan fenomena ini. Diskriminasi yang terjadi sedemikian besar dalam bidang ini. Mengidentifikasi elemen-elemen kritis dari bentuk-bentuk umum pengajaran dan pembelajaran; mutlak diperlukan pembangunan kerangka dasar teori untuk mendobrak permasalahan yang terjadi di area pendidikan ini (Moore, 1973,hal.661)

Sejarah dari Terminologi ” Pendidikan Jarak Jauh ”
Istilah ”Pendidikan Jarak Jauh ” yang dipilih oleh Moore untuk menjelaskan fenomena hubungan Pengajaran-pembelajaran yang memisahkan antara pelajar dan gurunya, didapatkannya pertama kali setelah terlibat pembicaraan dengan tokoh pendidikan Swedia, Borje Holmberg.. Holmberg merupakan direktur Sekolah Korespondensi Hermod di Swedia. ketika berada di Jerman ia pernah membaca hasil kerja dari sebuah kelompok peneliti jerman di Universitas Tubingen. Isinya mengenai ” studi korespondensi” yang dalam bahasa Jerman disebut ”Fernstudium” atau ” Pendidikan Jarak Jauh” dan ”Fernunterricht” atau ” Pengajaran Jarak Jauh”. Para peneliti itu adalah ; Karl-Heinz Rebel, M.Delling, K.Graff, Gunter Dohmen, dan Otto Peters. Hasil kerja mereka hanya dipublikasikan di Jerman. Selanjutnya dikenal secara umum dalam bahasa Inggris pada beberapa tahun berikutnya atas jasa dari Desmond Keagan (1986). Setelah ada komunikasi antara Wedemeyer dan Rebel.

Rintisan Kerja Otto Peters
Pada tahun 1965 Peter mempublikasikan kertas Kerja ” Der Fernunterricht Materialien zur Diskussion einer neueun Unterrichtstorm (Pendidikan Jarak Jauh : Sebuah sumber analisis dari cara pengajaran gaya baru). Pada tahun 1967 ia menulis; ”Pengajaran jarak jauh dan Produksi Industri: sebuah garis besar perbandingan” yang dipublikasikan di Inggris pada tahun 1983. Dalam artikel ini Peter menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh merupakan suatu bentuk yang mungkin di pakai dalam industri terhadap para pekerjanya. (Peter, 1983, hal 95) dalam tesisnya ini dinyatakan bahwa pendidikan jarak jauh dapat diterapkan sebagai salah satu metode instruksional dalam perundistrian. Namun sejauh ini pemakaiannnya hampir tidak berguna sebagai dampaknya pendidikan jarak jauh ini sangat jauh dari kesuksesan. Prinsip dasar dari produk industri dapat digunakan untuk menganalisis pendidikan jarak jauh ini.
Teknik industri termasuk perencenaan, divisi tenaga kerja, jumlah produksi, otomisasi, standarisasi dan kualitas kontrol. Pelaksanaaan teknik industri ini menggunakan media komunikasi yang mahal dan bisa didistribusikan kepada banyak pelajar saat ini permasalahan pendanaanlah yang menjadi kendala. Jika standarisasi prosedur diikuti dengan peningkatan produksi dan perbaikan administrasi maka diperkirakan hasilnya akan jauh lebih efektif dan pembelajaran dapat terus berlangsung.
Walaupun demikian hasil kerja Peter ini tidaklah terlalu luas dibicarakan dalam pembicaraan secara Inggris. Ide-ide Grup Tubingen ini baru diketahui setelah Wedemeyer menjalin hubungan persahabatan denga Karl-Heinz Rebel dan melalui Wedemeyer ide-ide mereka menemukan bentuknya pada Universitas terbuka Inggris.

Menuju sebuah Teori Pedagogik
Teori Peter merupakan sebuah teori yang terorganisasi, sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, teori ini tidak berkembang di Inggris sampai pada tahun 1980-an. Teori yang mendekati teori ini adalah milik Edemeyer (1971) yang mendefinisikannya sebagai studi independen. Idenya mengenai pelajar korespondensi tidak hanya berlaku dalam ruang dan waktu tetapi juga potensi mandiri dalam pengontrolan dan arah pembelajarannya. Moore amat atraktif dengan ide pelajar mandiri dan kemungkinan-kemungkinan jarak yang secara nyata sangat mempengaruhi proses pembelajaran mandiri. Semua ini dikerjakan langsung oleh Edemeyer tetapi juga ada hal-hal penting lainnya yang perlu diperhatikan yaitu apa-apa yang ditulis oleh Carls Roger, Abraham Maslows, Charlotte Buhler dan banyak lagi tokoh yang kita sebut dengan psikolog ”humanis”. Pada saat ini ide-ide mengenai andragogi dipromosikan oleh Malcolm Knowles dan penelitian mengenai pembelajaran langsung oleh Alan juga meningkatkan tingkat kepopuleran mereka.
Moore menghimpun dan menganalisa lebih dari seratus rangkaian pelajaran mengenai ”pembelajaran-pengajaran dimana para guru dan pelajarnya bisa dengan cepat melaksanakan tugas mereka masing-masing dan mempunyai rasa tanggungjawab antara satu dengan lainnya. Dan sebagai dasar empirik dari teorinya ini ia kemukan di ICDE pada tahun 1972. teorinya ini akan mengglobal dan sangat deskriptif. Dengan kata lain, teori ini mengakomodasi seluruh bentuk dari pendidikan jarak jauh, dapat dijadikan sebagai cara-cara konseptual membantu para pelajar untuk mendapatkan tempat dalam pendidikanjarak jauh ini dan dapat saling menjalin huungan satu dengan lainnya. ”Kamu menciptakan suatu bentuk keseimbangan dalam tabel periodik” merupakan kata penghargaan dari Profesor Robert Boyd; yang ikut dalam acara tesebut jelas Charles Edemeyer. para saintis pada abad pertengahan telah dapat mengidentifikasi karakteristik mendasar tetapi baru sekarang identifikasi itu dapat diciptakan dan dibuktikan ke dunia nyata. Moore sudah menemukan suatu yang sangat mungkin untuk dilaksanakan dan menjadi rangkaian pelajaran dan program dalam sistem pendidikan jarak jauh. Apa-apa saja yang dihasilkan Peter adalah perspektif mengenai pendidikan jarak jauh yang distruktrurisasi dengan sistem mekaniknya dan Perspektif Edemeyer lebih mendalam dari itu, merupakan guru yang sangat interaktif. Ini adalah teori yang global karena semua perspektif yang ada mendapatkan tempatnya dalam teori ini dan yang sangat penting, teori ini juga mempunyai variasi dari berbagai perspektif tersebut. Semenjak tahun 1986 dikenal sebagai teori transaksi jarak jauh.

Teori Transaksi Jarak Jauh
Postulat pertama dalam teori transaksi jarak jauh ini adalah bahwa jarak jauh adalah sebuah fenomena pedagogik. Saat ini pendidikan jarak jauh adalah merupakan dunia yang ada dalam aktivitas pendidikan dimana para pelajar dipisahkan oleh jarak dan atau waktu, hal-hal yang menarik dan penting bagi para paraktisi dan para pembuat teori adalah pengaruh jarak yang jauh merupakan sebuah bagian instruksi untuk para pelajar, para guru, dalam berbagai bentuk komunikasi dan interaksi, kurikulumnya, dan manajemen programnya. Ketika kita bebicara pembelajaran jarak jauh, kita tidak dapat membicarakan mata pelajaran yang diberikan seperti berlangsung dalam pendidikan tatap muka karena ada jarak yang jauh yang memisahkan antara pelajar dan gurunya. Jarak yang jauh ini adalah jarak yang harus kita pahami dalam berbagai persepsi seperti geografis, yang secara nyata tidak terjangkau oleh para guru, pelajar, organisasi pendidikan, tidak adanya kebebasan, perencanaan pembelajaran yang terjadi. Prosedur yang dipakai untuk jarak jauh ini adalah bentuk interaksi dan prosedur instruksinya saja. Inilah yang dinamakan pedagogik jarak jauh. Bukan istilah jarak geografis yang digunakan adalah istilah ” transaksi jarak jauh”.

Pendidikan Jarak jauh adalah Sebuah Transaksi
Konsep transaksi diambil dari Dewey dan dikembangkan oleh Boyd dan Apps (1980). Sebagaimana yang dijelaskan Boyd dan Apps,” Pengertian ini akan berpengaruh pada setiap lingkungan, individu dan kebiasaan dasar perilaku dalam setiap situasi (hal 5). Transaksi yang kita sebut pendidikan jarak jauh ini akan saling mempengaruhi banyak orang apakah ia sebagai guru atau pelajar, dan lingkungan meraka berada mempunyai karakteristik khusus karena dipisahkan oleh jarak yang jauh antara satu dengan lainnya. Konsekuensinya set perilaku pengajaran dan pembelajarannya juga khas. Jarak yuang jauh secara fisik akan membuat jarak dalam komunikasi, ada ruang psikologis yang besar untuk salah pengertian diantara guru dan pelajar, inilah yang disebut dengan transaksi jarak jauh.
Transaksi jarak jauh ini terus berlangsung dengan beberapa variable diskrit; dengan kata lain, transaksi jarak jauh ini lebih relatif ketimbang absolut. Sejauh masih ada komunikasi saling pengertian antara guru dan pelajar maka transaksi jarak jauh ini masih berlangsung. Tetapi jika tidak ada lagi komunikasi, maka tidak ada juga transaksi jarak jauh karena tanpa komunikasi transaksi ini tidak akan terjadi. Sehubungan dengan hal ini apa yang dikemukakan Rumble dapat diambil sebagai contoh (1986) bahwa ada beberapa transaksi pendidikan jarak jauh dalam banyak bentuk kegiatan pendidikan, kegiatan dimana para pelajar dan gurunya berhadap-hadapan pada suatu tempat yang sama. Tetapi secara normal dalam pendidikan jarak jauh hal ini tidak terjadi karena kegiatan ini dipisahkan oleh jarak yang jauh sangat signifikan menimbulkan dampak dalam perilaku hubungan mereka. Jarak pemisahan itu terjadi pada bahan ajar yang direncanakan guru, daftar kehadiran, interaksi dan performa lain dari pengajaran yang sangat berbeda dalam pengorganisasiannya dan perilaku esensial pengajarannya. Namun semua itu tergantung dari tingkat kebutuhan yang ada dalam setiap transaksi jarak jauh tersebut.
Perilaku khusus dalam perilaku pengajaran dibagi dalam dua bagian; dialog dan struktur. Kita dapat menjelaskan transaksi jarak jauh ini dengan memperhatikan kedua perilaku pengajaran ini. Kesamaannya adalah jika kita ingin membuat model mata pelajaran, kita dapat memikirkan sebanyak apa bagian-bagian yang dapat kita investasikan dalam perilaku ini dengan kata lain dalam transaksi jarak jauh ini guru dan pelajar harus saling bertoleransi.

Dialog
Dialog adalah sebuah istilah yang dapat membantu kita fokus dan saling mempengaruhi dalam kata-kata, aksi, dan ide-ide, dan berbagai interaksi lainnya antara guru dan pelajar dimana salah satu mengeluarkan perintah dan pihak satunya lagi merespon perintah tersebut. Secara alamiah dialog merupakan salah satu filosopi pendidikan baik berlaku secara individual dan kelompok dalam perancangan mata pelajaran tergantung dari sifat dasar dari guru maupun pelajarnya. Juga tergantung dari bahan mata pelajaran dan tergantung pada beberapa faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh dalam dialog adalah kebeeradaan dan besarnya kelompok belajar. Jika semuanya terkontrol, sangat dimungkinkan akan terjadi dialog yang dinamis antara instruktur dan para pelajar yang merupakan bagian dari kelompok belajar tersebut. Variabel lingkungan lainnya adalah bahasa yang dipakai dalam dialog, bila bahasa yang dipakai adalah bahasa asing bagi orang tersebut maka akan terjadi kesulitan berkomunikasi dan interaksi dengan instruktur mereka juga kurang baik karena tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh lidah instrukturnya. Inilah salahsatu hal yang sangat penting dalam komunikasi tingkat menengah. Sebagai contoh, pelajar yang mandiri, secara individual akan berdialog dengan instruktur yang membangun ide-ide satu sama lain dengan korespondensi melalui surat. Karena bahasanya adalah bahasa tulisan bentuknya sangat terstruktur dan dialog yang lambat. Dibanyak tempat mata pelajaran diberikan dengan telekonferen melalui komputer yang harus berlangsung cepat dalam frekuensi hubungan dengan dosennya demikian juga huungan antara pelajar yang satu dengan yang lainnya. Audio konferensi melalui telepon juga merupakan komunikasi tingkat tinggi. Sebagaimana yang sudah diindikasikan sebelumnya, banyak variabel lain yang mempengaruhi dialog menjadi lebih lambat. Sebagai contoh audio konferensi dalam sebuah kelompok studi akan membuat dialog antara para pelajar tidak akan terjadi. Lalu seorang pelajar asing lebih merasa nayaman dengan mempelajari buku-buku daripada berdialog, demikian juga dengan seorang yang suka dengan komputer mereka lebih cepat dalam komputer konferensi, dan audio konferensi.
Beberapa mata pelajaran menggunakan video sangat sedikit bahkan tidak ada dialog. Sangat mungkin untuk belajar bahasa Spanyol dalam sebuah kelas tertutup yang dinamakan Destinos Anneberg/program pembeljaran CPB. Ketika kita menonton program televisi, seorang murid bisa berbicara secara langsung, memberikan respon terhadap apa yang yang dikemukakan dosennya, tetapi tidak ada umpan balik kepada instruktur, maka dalam program ini yag terjadi hanyalah dialog yang terjadi antara pelajar dengan seseorang yang berada dalam tempat yang jauh dan program yang lebih terorganisasi. Disini terdapat pemikiran, para guru mempersiapkan susunan ide atau informasi yang akan diberikan dalam interaksi jarak jauhnya dan persiapan-persiapan dialognya sebagaimana yang disebut Holmberg (silahkan lihat dibagian bawah) sebuah percakapan didaktik internal.

Percakapan Didaktik Internal
Bekerja sebagai profesor di Fernuversitat, Unversitas Jarak jauh di hagen Jerman, Borje Holmberg menyeleksi dialog antara guru dan pelajar mengemukakan bahwa ini adalah salah satu cara untuk memahami pendidikan jarak jauh. Pengajaran jarak jauh sebagaimana yang dikemukakan Holmberg (1981) bisa berupa percakapan disebut dengan ” petunjuk percakapan didaktik” Pendidikan jarak jauh... katanya,” adalah sebuah petunjuk metoda percakapan yang sangat baik membentuk karakter dalam pendidikan jarak jauh. Petunjuk percakapan ini bertujuan adalah memfasilitasi berbagai tipe dari percakapan yang terjadi dalam berbagai bentuk pembelajaran. Dengan kata lain, Holmberg meletakkan dialog antara guru dan pelajar sebagai aspek kritis yang sangat penting dalam pendidikan jarak jauh.

Struktur Mata Pelajaran
Bentuk kedua yang menjelaskan transaksi jarak jauh adalah perancangan berbagai mata pelajaran. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan ”struktur”. Mata pelajaran memuat berbagai jenis hal yang akan dipelajari, daftar tema, pemaparan informasi, studi kasus, gambar-gambar dan ilustrasi lainnya, latihan-latihan, proyek-proyek, dan sejumlah tes. Semua itu harus disusun secara sangat hati-hati, sangat terstruktur. Perancangannya bisa saja melibatkan sebuah tim dengan berbagai mata pelajaran yang akan secara berkelompok dieksperimenkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pelajar untuk mengikutinya. Mereka akan mencatat kecepatan membaca dari setiap muridnya dan jumlah halaman yang harus mereka baca dalam menyelesaikan mata pelajaran tersebut.
Instruktur bisa membuat skema untuk membuat semua muridnya bisa memenuhi semua kriteria diatas. Mereka akan memonitor tingkat pembelajaran setiap siswanya dengan frekuensi yang teratur. Mempersiapkan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan mereka, memastikan setiap siswanya dapat menyelesaikan mata pelajaran tersebut tahap demi tahap dengan kontrol yang baik dan terukur. Setiap siswa harus dapat menerima dan mengikuti dan tidak akan meninggalkan setiap daftar tanpa kecuali dalam kelompoknya. Dalam pedoman pembelajaran, setiap siswa dapat mengikuti setiap bagian studinya dan berbagai aktivitasnya, baik berupa audio, kaset video, semuanya bisa telah dejelaskan pada pedoman pembelajaran. Diskusi dengan menggunakan telekonferensi akan terorganisaasi dengan baik semua siswa akan terlibat aktif dan mengkuti semua perencanaan pembelajaran dengan baik.
Akan terjadi perbedaan yang mecolok kecepatan para siswa untuk memahami bahan kaset video sesuai dengan cara mereka masing-masing, mempelajari stumpuk bahan bacaan, dan menuliskan penyelesaian terhadap setumpuk tugas sampai selesai. Mereka bisa saja menghubungi para tutor tergantung waktu dan keinginan mereka. Bisa saja mata pelajaran itu menjadi lebih lemah secara struktur dari mata pelajaran awalnya secara garis besar. Ilustrasi ini akan memberikan indikasi mengenai ide-ide pada setiap pembelajaran mata pelajaran atau juga struktur pembelajarannya dan perbandingan antara satu struktur dengan struktur yang lainnya.
Seperti halnya dialog, struktur juga menjelaskan filosofi organisasi pengajaran, pengajaran bagi diri sendiri, tingkatan akademis pelajar, daftar pelajaran, dan media komunikasi yang disediakan. Beragai mata pelajaran dibuat dengan struktur yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan pesan yang dapat dijadikan sebagai kontrol.
Struktur memgambarkan tataurutan atau kerumitan dari berbagai mata pelajaran, strategi pengajaran, dan metoda evaluasi, yang dapat dijelaskan lebih luas dengan komponen-komponen mata pelajaran yang dapat diakomodasi atau yang lebih direspon sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Program tayangan ulang televisi sebagai contoh bukan saja merupakan memuat dialog dengan struktur tingkat tinggi, dengan kegiatan tutrial secara virtual dan setiap potongan permenitnya harus diperhatikan sungguh-sungguh karena ada hal yang penting dalam setiap bagiannya.
Disana hanya ada sedikit atau tidak ada peluang samasekali bagi para pelajar untuk melakukan sesuatu hal sesuai dengan keinginanannya. Ini bisa dibandingkan dengan mata pelajaran melalui telekonferensi. Disini sesuai dengan cara pembelajarannya siswa dapat mengikuti metoda ini dengan cara yang agak jauh lebih berbeda.
Struktur dan Dialog dalam Ukuran Transaksi jarak Jauh
Program jarak jauh yang direkam seperti kita jelaskan diatas merupakan struktur tingkat tinggi dan dialog antara guru dan siswa tidak terjadi. Ini berarti transaksi jarak jauhnya terjadi menjadi susah. Di dalam korespondensi lebih banyak dialog tetapi tidak terstruktur dengan demikian transaksi jarak jauh juga tersendat. Dalam program telekonferensi juga terjadi dialog dengan struktur yang agak leih teratur terjadi transaksi jarak jauh relatif rendah.
Diskusi secara langsung akan membuat semua permasalahan mejadi jelas dan dialog benar-benar terjadi pemenuhan kebutuhan dari setiap mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain terpenuhi secara sempurna, transaksi jarak jauhnya terjadi pelajar menerima arahan-arahan dan pedoman dari arahan instruktur melalui dialog yang diadakan dengan memodifikasi setiap bahan instruksinya setiap individu akan bisa mendapatkan apa yang diinginkannya sesuai dengan selera dan gaya belajarnya. Namun dalam banyak mata pelajaran tidak ada dialog. Jika strukturnya juga rumit maka pelajar akan menghadapi segudang permasalahan, tapi jika dialognya kurang atau tidak da struktur mereka pasti akan membuat keseimpulan sesuai sesuai dengan strategi pembelajaran dan menemukan cara belajarnya sendiri untuk belajar, bagaimana harus belajar dimana, dengan cara apa, dan dalam bentuk yang bagaimana.

Otonomi Pembelajaran
Transaksi jarak jauh yang terbesar adalah tanggungjawab pelajaran untuk menyelesaikan latihan-latihan. Para pembaca akan mengingat kebebasan mereka sendiri dalam belajar sebagaiganai yang sudah dikemukakan oleh Wedemeyer merupakan bagian kedua yang sangat penting dalam belajar mandiri. Wedemeyer tidak memberikan penjelasan yang lebih lanjut tetapi Moore melakukannya. Dalam presentsinya tahun 1972 d ICCE ” pelajar mandiri; dimensi kedua dari studi mandiri” Moore mengemukakan bahwa model dari pembelajaran jarak jauh tidak hanya tergantung dari bahan pengajarannya saja. Setiap model pendidikan mengandung waktunya, korespondensi pengajaran, terjadi sesuai dengan kebiasaan teori pembelajaran, dan ide-ide para pelajar secara mandiri bisa membentuk dasar-dasar pengetahuan mereka melalui berbagai pengalaman akan memberikan sirkulasi pendewasaan pembelajaran tersendiri.
Dalam pandangan kebiasaan umum, pelajar jarak jauh mempunyai lingkungan yang jauh dari gurunya, permasalahan utama yang terjadi adalah tidak adanya sitem kontrol. Para instruktur hanya berkepentingan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran dengan struktur presentasi yang baku, praktis, mudah dan memberikan sejumlah latihan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Hasil dari pengerjaan latihan tergantung daari standarisasi yang sudah ditentukan yang dibuat seobjektif mungkin. Tujuan dari interaksinya adalah untuk menguji sejauh mana para pelajar dapat mengikuti apa yang sudah diterangkan instruktur dan sukses dalam pembelajaran tesebut. Tantanngan buat para pendidik adalah bagaimana membuat set mata pelajaran seobjektif mungkin, tekniknya, latihan-latihannya, mana yang harus lebih dahulu dipelajari, dalam jumlah yang sudah ditentukan, sehingga tidak ada penyimpangan yang besar antara satu bagian dengan bagian yang lain. Paralel pembelajaran jarak jauh akan menjelaskan cara ini denganpendekatan ”model Industri” sebagaimana yang sudah dikerjakan oleh Peter.
Mempunyai struktur penting adalah kunci dalam pembelajaran jarak jauh, Moore percaya deskripsinya mengenai teori pembelajaran jarak jauh adalah sebuah pandangan penyeimbang yang dibutuhkan, bisa menjelaskan pelajar yang idiot dan pelajar mandiri sebagai sumberdaya dibandingkan sebagai korban. Dengan penambahan struktur pembelajaran pelajar yang pasif dapat lebih elegan melaksanakan semua instruksi, hal ini sangat penting untuk membentuk dimensi dari sebuah konsep sebagai sebuah hubungan kolaborasi antara pelajar dan pengajar. Para pelajar dapat memilih cara belajarnya sendiri dan menghubungkan dengan konstruksi dan proses kontrol dalam proses belajar tersebut.
Konsep belajar mandiri setiap pelajar mempunya perbedaaan kemampuan untuk membuat keputusan bagaimana cara mereka belajar. Kemampuan ini harus ada. Karena ini adalah fakta. Kemampuan pelajar untuk membangun perencanaan belajarnya sendiri akan berbeda satu sama lain. Kemampuan mereka untuk menemukan sumber untuk belajar sesuai dengan lingkungan tempat ia berada dan kemampuan kapan melakukannya dengan kerja keras dan tingkat gangguan yang beragam sehingga berjalan dengan baik dan terkontrol. Selanjutnya, keinginan untuk belajar sangat penting untuk diklasifikasikan dalam setiap program pengajaran, setiap bagian dari program pendidikan jarak jauh. Faktanya setiap latihan dapat dikerjakan lebih baik oleh pelajar mandiri dibandingkan denga yang lain. Karena itu, program ini bisa didefinisikan dan dijelaskan dengan istilah keinginan dari pelajar mandiri untuk menyelesaikan setiap latihan yang diberikan.
Aplikasi Teori
Yang dimaksudkan dengan kesuksesan dalam pengajaran jarak jauh ditentukan oleh institusi dan individu instruktur yang mengetahui dan melaksanakan sturuktur materi pembelajarannya.
Otonomi tertinggi dalam kemandirian pelajar, kesuksesan pembelajaran jarak jauh tergantung dari hal ini. Dengan struktur yang lemah dan dialog yang juga lemah. Untuk mencapai kesuksesan yang baik dalam pembelajaran jarak jauh diperlukan peningkatan dialog diharapkan ini akan terpenuhi dalam komputer telekonsperensi dan pembicaran individual melalui telepon. Selain itu juga dibangun dengan struktur yang dicetak melalui materi-materi pendukung. Untuk para praktisi, teori ini akan banyak membantu pengertiannya dalam memecahkan permasalahan yang terjadi di lapangan sehingga dapat dijadikan tips yang baik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Kemurnian Teoritis
Sepanjang dekade tahun 1980-an, berbagai tulisan mampu memberikan klarifikasi dan perbaikan konsep dasar dan landasan teoritis yang senantiasa dapat didiskusikan sejumlah tulisan ini dibuat oleh Desmond Keagan, Randy Garrison, Doug Shale, dan Myra Baynton.

Desmond Keagan
Ketika ia menemukan sebuah jurnal mengenai pendidikan jarak jaauh di Australia pada tahun 1980, Keagan mempublikasikan sebuah pemikiran pertama, berdasakan analisis yang dilakukannya sebagaimana yang ia sebutkan,”empat garis besar definisi yang dapat dipakai pada pendidikan jarak jauh”. Dari hasil analisisnya ini ia mengemukakan 6 komponen yang diajukan sebagai sebuah definisi yang lebih komprehensif. Empat definisi itu ia ambil dari Holmberg,Peter, Moore dan (harapan yang sedikit aneh) pada Juli 1971 berdasarkan hukum Prancis dengan regulasi pendidikan jarak jauh di negara tersebut. Keagan meramu 6 komponen menjadi sebagai definisi yang komprehensif .
1. Pemisahan antara guru dan siswa
2. Pengaruh organisasi pendidikan, khususnya perencanaan dan persiapan materi pembelajaran.
3. Penggunaan media tekhnis
4. Penetapan dua jalur komunikasi
5. Kemungkinan seminar-seminar yang diadakan setahun sekali.
6. Partisipasi secara luas dalam industri pendidikan.
Keagan menyimpulkan bahwa ” empat garis besar definisi yang diterima” akan menjadi definisi yang dikenal luas dalam pendidikan jarak jauh. Pada tahun 1986 dia mengulangi kembali teknik ini dengan menggunakan analisis Holmberg, Peter, Moore, dan Dohmen. Dia tidak merubah urutan kunci kompenennnya, tetapi lebih memperkuatkan formalitas bentuk dalam waktu yang lama. Untuk komponen pertama yang diambil sebagai contoh ; pemisahan permanen antara guru dan murid akan memperpanjang proses pembelajaran, ini sangat berbeda dengan metoda tatap muka yang saling berhadap-hadapan dalam pendidikan konvensional. Pengadaan seminar minimal sekali setahun akan membuat faktor permanen terbentuknya kelompok belajar dalam waktu proses pembelajaran karena biasanya mereka belajar secara individul dan jarang terlibat dalam kelompok. Dengan kemungkinan pertemuan-pertemuan tersebut deiharapkan secara didaktik terpenuhi dan tujuan dari sosialisasi antar sesama terpenuhi (Keagan, 1986, hal 49)

Garrison, Shale dan Baynton
Ada sesuatu yang menarik dalam tema komunikasi Garrison dan Shale (1987) dan Garrison dan Baynton (1987) yang menyerang ketentuan Keagan yang membedakan bentuk pendidikan jarak jauh adalah; ”kepura-puraan permanen absensi dalam kelompok belajar” pengarang ini setuju dengan pendidikan jarak jauh adalah ” implikasi beberapa bentuk interaksi atau dialog dengan guru dengan beragam cara ” (Garrison dan Shale, 1987, hal 11) dan menggunakan berbagai media untuk menjadi mediasi berlangsungnya komunikasi tersebut. Walaupun demikian argumen definisi Keagan terlalu sempit dan hanya mendefinisikan ” bentuk cetak privasi dalam belajar dan ... tidak hanya harus selalu sesuai dengan generasi baru teknologi yang mendukungnya (Garrison dan Shale, 1987, hal 9).
Telekonferensi sebagaimana yang mereka katakan adalah definisi sebuah metoda kelompok belajar yang dimaksudkan untuk adanya waktu interaksi antara sesama anggotanya disuatu tempat yang sama dengan kelas tradisonal, Sebelumnya menurut komponen ke lima Keagan metoda ini tidak bisa disesuaikan dengan bentuk pelayanan jarak jauh karena orang-orangnya tidak pernah bertemu (hal 9). Mereka mengajukan bentuk yang berbeda dalam penpendidikan jarak jauh selama ini yaitu ” dapat dartikan sebagai kemudahan akses untuk mendapatkan pendidikan dimana sesorang bisa mendapatkannya dari berbagai pengalaman pendidikan.” Selama ini menjadi hal yang samar-samar dalam opini kita, semenjak pendidikan jarak jauh menjadi pilihan individu dan organisasi bisa menjadi alasan untuk mendapatkan pendidikan selain metoda pendidikan tradisional.walaupun mereka benar, batasan pemikiran kita selalu mencoba untuk menjelaskan apakah sistem yang lebih bagus untuk mendapatkkanya ? apa yang disebut denga pendidikan jarak jauh ” mengandung pengertian sebuah teks yang mudah untuk dibaca atau menonton acara berita di televisi. ”
Kadang-kadang hal ini terjadi dan kadang-kadang hal ini tidak terjadi. Hal ini benar menurut sebagian praktisi terutama merak yang terkonsetrasi dengan waktu interaksi antara guru dan siswa. Walau bagaimanapun dari awal kita telah mendiskusikan ada perbedaan tipe dan tingkat interaksi, dan konsep konsep dialog tempat berlangsungnya interaksi bisa berupa halaman, pedoman pembelajaran, sebuah buku teks, program televisi atau kaset atauhal yang lebih baik dari ini semua merupakan ” media komunikasi konvensional.”dalam acara televisi ada sejumlah dialog antara penulis program , perancang, presenter dan pemirsa. Minimal sebuah dialog, serpa dengan yang dikatakan Holmberg yang disebutnya sebagai percakapan didaktik internal.
Garrisaon dan Baynton membuat titik terang dalam konsep pelajar mandiri. Sebgaimana yang dijelaskan pada bagian terdahulu, pelajar mandiri mempunyai varibal yang bersambung. Dengan maksud bahwa setiap orang mempunyai komponen mandiri untuk membuat keputusan mengenai belajar dan menyelesaikannya. Setiap program dibangun dengan mempertimbangkan komponen yang akan dipilih oleh masing-masing orang. Dengan mengklasifikasikan mata pelajaran atau program dengan berbagai komponen pelajar mandiri kita dapat meilah mereaka bagaimana proses dan bagaimana kontrol untuk pelajar dan pengajar terutama dalam pemilihan bentuk, implementasi strategi pengajaran, dan membuat evaluasi.
Tidak pelak lagi, jika para pelajar berudaha keras untuk mewujudkan keinginannya meilih arah dan cara bagaimana belajar dan belajar apa akan lebih baik hasilnya ketika kontrol dari instruktur ternyata kurang baik.Ide inilah yang ditekankanoleh Garrison dan Baynton (1987).Kontrol ini secra sederhana tidak termaduk pada perubahan bebas yang berasal dari luar.ini merupakan keseimbangan dinamis antara 3 komponen melalui pembanagunan pelajar dan fungsi kontrol dalam proses pendidikan.Garrison dan Baynton lalu mendiskusikan hubungan antara mansiri dan elmen penting struktur, seperti bentuk dialog, dengan ini mereka mencoba menjelaskan sebagai tahapan dan adanya mediasi komunikasi.sebagai contoh , sebagai langkah-langkah cepat dalam negosisasi dan dialog. Dalam struktur yang rumit, kemandirian yang kurang, dan kontrol guru yang baik.

Sistem Dinamis Saba
Teori kedua dari belakang akan kita jelaskan di sini adalah dari Farhad (fred) Saba. Bersama kolega dan mahasiswanya dia mengelaborasi teori transaski jarak jauh dengan menggunakan simulasi komputerdan menampatkan pengertian penggunaan komunikasi dalam pendidikan jarak jauh (Saba, 1998;Saba and Shearer 1994)
Saba mempresentasikan simulasi komputer hasil penelitaiannya dengan berbasi metoda teknik modeling dinamis yang didemonstrasikan dan menjelaskan interaksi yang berbeda pada sebuah pendidikan jarak jauh (Saba 1998) model inijuga menerangkan hubungan natar variabel yang akan membuat semacam struktur dan dialog. Mari kita lihat pejelasan dari model saba tersebut :
Sistem yang terintegrasi secara fleksibel dapat menerangkan penurunan struktur melalui peningkatan dialog. Hal ini juga dapat menerangkan peningkatan struktur juga dialog bisa terjadi pada level tertentu. Pendefinisian hubungan antara dialog dan tingkat struktur dapat terlihat dengan baik. Hubungan ini bisa negatif dengan bentuk kurva sistem dinamis yang diperlihatkan dengan diagram.
Diagram alir negatif akan memperlihatkan hubngan yang berlawanan antara level dialog dan struktur. Apabila dialog naik maka strukturnya turundan apabila dialog turun maka strukturnya akan naik menuju titik kestabilan. Dari daerah umpan balik negatifnya, stabilitas sistem tergantung pada akasi guru dan pelajar. Dalam skenario yang masuk akal, keinginan untuk menurunkan struktur harus dibicarakan dengan guru. Kolsultasi secar otomatis aoak menngkatkan dialog.akan menyesuaikan tujuan-tujuan, instruksional materi dan prosedur eavaluasi yang terjadi seta akan meningkatkan kemandirian tingakat belajar (Saba, Hal 22)
Saba mempeluas cakupan pojek ini dalam model yang lain (Saba dan Sharer, 1994) ketika ia menjalankan simulasi pergantian opelajar jarak jauh dengan menggunakan instruktur menadapakan hasil hubungan jarak jauh dan kemandirian. Dengan mengggunakan sebuah tekknik yang disebutnya ” analisis diskursus” para peneliti akan bisa membicarakan perkembangan jumlah transaksi jarak jauh dan mengklasifikasikannya dalam 10 kategori utam dan 20 sub kategori. Dengan memakai metode ini, operasional dialog, struktur kontro9l guru atau pelajar dan hasil dari pengaruh berbagai penggantian akan terlihat jelas satu sama lain.

Model Pembelajaran Terbuka Kember
Teori terakhiir yang kita diskusikan pada bagian ini adalah lebih menarik dan dipenuhi dengan ilustrasi bagaimana suatu teori dapat dipakai dan atau sebaliknya. Kember (1995) memperesentasikan sebuah model oelaksanakan untuk pelajar yang secara spesifik fokus pada pelajar dewasapada mata pelajaran pendidikan jarak jauh. Kember menggunakan Istilah ”pembelajaran terbuka” dimana memuatkan beberapa konsepsi umum yang ada dalam penbelajaran jarak jauh menjadi satu bentuk (ada kemungkinan keseimbangan) Skema 10.1 akan menunjukkan kepada kita komponen dasar dari Model Kember. Model ini memfokuskan pada faktor-faktor yang ada pada pelajar sehingga mendapatkan kesuksesan dalam program pendidikan jarak jauh dengan beberapa fokus mengenai keberadaan pelajar yang diintegrasikan dengan stusdi akademis mereka. Serta dihubungkan dengan konflik kepentinganyang terjadi berhubungan dengan pekerjaan, keluarga dan komitmen sosial lainnya.
Model kember mensugesti para pelajar untuk memasuki karakteristik meraka ( sebagai contoh : kualifikasi pendidikan, status keluarga, pekerjaan) secara langsung dalam satu atau dua jalan dalam mata pelajaran pendidikan jarak jauh. Dengan memperhitungkan situasi akan berjalan secara positif dan bisa dintegrasikan secara sosial dan akademis.pelajar yang lain mengambil sistem yang negatif sehingga mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan antara akademis dengan kegiatan sosial. Model ini juga mempertimbangkan pendapatan untuk menyesuaikan biaya yang akan mereka keluarkan demi melangsungkan pendidikan tersebut.dalam model ini hal yang ditekankan adalah setaip pelajar dapat mengambil keputusan berdsarkan pengalaman merak untuk mengambil berbagai mata pelajaran.
Model Kember didasarkan pada penelitian secara besar-besaran memperbandingkan antara model pendidikan secara tradisional dan pendidikan jarak jauh. Mati kita lihat kembali model kerja ini pada bab 8 ketika kita mendiskusikan permasalahan dropout demikian juga dengan Kember yang menggunakan sata empirik (dari interviuw dan kuisioner) dari sejumlah besar sumber yang berbeda kemudian diformulasikan dan divalidasikan dalam model ini. Sumber-sumber ini termasuk para mahasiswa universitas terbuka inggris, universitas Papua Nugini, Universitas Tasmania, Universitas Charles Stuart (Australia) dan 7 program yang berbeda program pembelajaran terbuka di Hongkong. Lalu ia menstandarisasi data ini kedalam suatu model, Kember mengembangkan dan menggunakan programpelajar pendidikan jarak jauh (DESP) sebagai kuisioner erisikan 68 pertanyaan dengan berbagai variabel yang ada dalam modelnya (termasuk informasi demografiuntuk data karakteristik).Kember juga mengoleksi data produk pelajar sebagai data rata-rata (GPA) dan sejumlah model modul pelajaran menggabungkannnya secara lengkap.
Untuk memvalidasi modelnya, Kember menggunakan beberapa faktor analisis dalm responsi kuisionernya untuk menjlaskan faktor yang tidak perlu. Faktor analisis ini ada 4 variiabel utama ; integrasi sosial, integrasi akademis, atribut eksternal dan ketidak mampuan akademis. Kember juga menggunakan analisi singkat (regresi berganda) untuk mengidentifikasi hubungan yang biasa terjadi sepanjang variabel yang ada dalam model tersebut. Hasil dari analisis singkat diadapatkanlah dasar struktur yang akurat dari model ini. 80 persen variasi dari kesuksesan pelajar dapat dijelaskan pada model ini.
Garis besar model Kember mempunyai banayk implikasi. Model positif intefrasi mengandung skala ”pendekatan mendalam” dan motivasi yang mendalam. Sedangkan model negatifnya membutuhkan pendekatan permukaan dan dan motivasi eksternal. Dalam model ini diharapkan siswa mempunyai motivasi internal integarasi akademis akan bisa meningkatkan afialiasi kolektif dan akan dapat membuat hubungan antara keinginan siswa dan prosedur pendidikan. Model ini juga mengidentifikasi berbgai kesulitan siswa seperti cara menyelesaikan mata pelajaran, juga dapat digunakan sebagai pedaman dalam pembelajaran.
Pendekatan Kember sangat baik digunakan dengan sistem mempunyai banyak pendekatan. Namun tidak banyak yang yang dicontohkkan model ini dalam segi pendekatan tersebut.variabel utama dari model Kembarini dapat kita lihat kembali di Bab 1 buku ini.

Kesimpulan : Arti Penting Analsisis teori
Tujuan utama dan nilai dari sebuah teori adalah membantu kita untuk menerangkan dan menjelaskan sebuah fenomena. Teroi itu ibarat peta; dalam faktanya peta adalah sebuah teori. Ia akan memperliatkan kepada kita sesuatu secara garis besar dalam bentuk yang sederhana. Dia juga akan memperlihatkan hubungan –hubungan dari setiap bagian fenomena. Dan yang sangat penting ia memberitahukan apa saja yang tidak kita ketahui. Untuk para teoritis pengertian untuk mengidentifikasi sesuautu merupakan hal yang sangat penting. Karen hal ini akanmembutuhakan banyak eksplorasi. Dengan kata lain, teroi yang baik juga memerlukan penelitian yang luas.
Teori transaksi jarak jauh bisa menerangkansistem oendidikan jarak jauh dengan program-programnya yang bisa daplikasikan ditempat mananpun di dunia ini dan bisa saling berhubungan satu antara lainnya. Walaupun terdapat banyak variabel yang berbeda diatara mereka.
Sangat bisa dipastiak teori pendidikan jarak jauh adalah teori pendidikan pedagogik.pendidikan jarak jauh, adalah sebuah konsep yang terori yang menerangkan hubungan elajar mengajar, yang didefinisikan sebagai pendidikan jarak jauh, mencakup variabel mata pelajaran, variabel pelajar, dan varaibel-varibel instruksional. Sejauh ini konsep pedagogik pendidikan jarak jauh terkonsentrasi pada sejauhmana menghubungkan semua variabel diatas. Semua ini masih memerlukan penilitian yang lebih mendalam data-data empirik untuk mengidentifikasi struktur, dialog, kemandirian dan dan bagaimana cara mengeksplorasinya.
Sebagai seorang mahasiswa yang sedang dalam penelitian ini sangatlah penting untuk membaca sebanyak mungkin literatur yang berkenaan denga tema ini. Jurnal-jurnal yang berhubungan, dan buku ini dapat dijadikan acuan dasar untuk semua itu. Juga sangat penting bagi mahasiswa tersebut untuk memikirkan bagaimana menghubungkan penelitian mengenai pendidikan jarak jauh ini dengan teori pendidikan lainnya dalam dunia pendidikan. Sehingga tercapai hasil yang baik mengenai hubungan antara penelitan dan teori. Sebagai contoh, banyak aspek yang ada dalam pembelajarann tradisonal cocok diterapkan pada pendidikan jarak jauh (contoh Schuemer 1993) seperti yang kita ketahui hubungan mendasar antara penelitian dengan basis teknoologi bisa diterapkan langsung pada pendidikan jarak jauh. Hal ini akan sangat membantu para mahasiswa untuk menemukan ide dasar dalam literatur tersebut sebelum lebih jauh melanjutkan penelitian menganai pendidikan jarak jauh.
Kertas kerja Saba dan Kember merupakan contoh yang baik dan bertanaga untuk melakukan penelitian menganai pendidikan jarak jauh dengan aplikasi metodologi yang saling mempengaruhi di luar bidang ini (seperti dinamika sistem, metode simulasi, faktor dan analisis singkat) dengan melibatkan metde eksternal dan sebauh dasar yang kuat dalam teri pendidikan jarak jauh hasilnya akan lebih baik untuk meredefinisikan fenomena yang diinginkan dan kemampuan untuk menyingkap hubungan aru antara beberapa variabel. Sangat mungkin sekali yapa yang kita inginkan dari penelitian yang baik akan meningkatkan perkembangan dari teori pendidikan jarak jauh.
Untuk yang mempunyaoi keingin lebih dari sekadar mengatahui hubungan belajar-mengajar, ia kan dapat melihat banyak peluang. Sampai saat ini tidak ada sejarah dari pendidikan jarak jauh, teori pengorganisasiannya, teori administrasinya, atau teori fillosofinya. Semakin jelas pendidikan jarak jauh akan menjadi pembicaran besar dalam penelitian teori pendidikan. Saat sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk para mahasiswa melakukan penelitian di bidang pendidikan jarak jauh.

Intisari
• Ada beberapa pekembangan yang ada dalam teri pendidikan jarak jauh. Yang paling tua adalah teroi Moore yaitu transaksi jarak jauh yang mengemukan dua dasar kompoennya yaitu struktur dan dialog mempunyai hubungan dalam belajar mandiri. Teori pedagogik ini menjelaskan program dan mata pelajaran dan perilaku guru dan siswa.
• Teori selanjutnya memfokuskan diri pada aturan teknologi, fungsi kontrol guru terhadap siswa, sistem dinamis transaksi jarak jauh, hubungan langsung faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Perkembangan teori ini di kemudian hari membutuh basis empiris lebih dari filosopi atau permaslahan idologisnya.